<p>Gedung BRI di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. / Bri.co.id</p>
Industri

Cari Selamat Dulu, Laba BRI Kuartal III 2020 Anjlok 42,7 Persen

  • JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI mencatat penurunan laba pada kuartal III-2020. Secara konsolidasi, laba perseroan minus hingga 42,7% year-on-year (yoy) menjadi Rp14,15 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bank pelat merah ini tercatat sebesar Rp24,7 triliun. Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pihaknya mesti memilih prioritas di tengah situasi […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI mencatat penurunan laba pada kuartal III-2020.

Secara konsolidasi, laba perseroan minus hingga 42,7% year-on-year (yoy) menjadi Rp14,15 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bank pelat merah ini tercatat sebesar Rp24,7 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pihaknya mesti memilih prioritas di tengah situasi pandemi saat ini. Ia pun mengakui, laba yang dihasilkan kali ini tidak setinggi tahun lalu.

BRI, ungkapnya, harus memilih strategi untuk mengejar laba atau bertahan. Hal ini merupakan konsekuensi dari sebuah pilihan.

“Jadi, kalau ditanya mau mengejar untung atau selamat, saya sebagai CEO Bank BRI memilih mencari keselamatan terlebih dulu,” kata Sunarso dalam paparan kinerja kuartal III 2020 secara virtual, Rabu, 11 November 2020.

Ia menjelaskan, pihaknya harus menyediakan cadangan untuk covering atau persiapan apabila ke depan mengalami pemburukan.

Dengan cara tersebut, lanjutnya, BRI sangat berhati-hati dalam mengikuti kebijakan makro dan mengelola risiko.

“Salah satunya dilakukan melalui pencadangan, sehingga pendapatan tahun ini tidak semua kami ambil sebagai laba,” jelas Sunarso.

Sementara itu, penyaluran kredit BRI secara konsolidasi tercatat sebesar Rp935,35 triliun atau tumbuh 4,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp891,97 triliun.

Sunarso mengungkapkan, pertumbuhan kredit ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan yang sebesar 0,12% per September 2020.

Adapun penyokong utama pertumbuhan kredit adalah segmen mikro dan retail menengah. Kredit mikro pada periode ini tumbuh 8,91% yoy dan kredit retail menengah tumbuh 9,93% yoy.

Dijelaskan, komposisi kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) telah mencapai 80,65% dari total kredit BRI.

Sunarso mengatakan, hal ini merupakan milestone dari perseroan. Menurutnya, periode ini adalah kali pertama BRI mampu mencapai porsi kredit UMKM sebesar 80%. Pasalnya, persentase tersebut sebelumnya menjadi cita-cita BRI pada akhir 2022.

“Bahkan cita-cita BRI pada akhir 2022 sudah bisa tercapai tahun ini berkat upaya refocusing UMKM,” tambah Sunarso.

BRI, lanjutnya, fokus pada penyaluran kredit skema penjaminan, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), KUR Super Mikro, dan Kredit Modal Kerja (KMK).

Likuiditas Tetap Terjaga

Sunarso menyebut, penyaluran kredit tersebut seiring dengan NPL BRI yang terjaga di angka 3,12%. Secara konsolidasi, NPL coverage sebesar 203,47% dan bank only kurang lebih 215%.

Kemudian, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) per kuartal III 2020 tercatat Rp1.131 triliun, atau naik 18% yoy.

Dana murah atau CASA masih menjadi portofolio simpanan BRI yang mencapai 59,02% dari total DPK senilai Rp668,1 triliun.

Selain itu, total aset secara konsolidasi mencapai Rp1.447,85 triliun atau tumbuh 10,89% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1.305,6 triliun.

Likuiditas lainnya terlihat dari rasio LDR BRI sebesar 82,63%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 82,99%.

“Hal ini menunjukkan bahwa BRI memiliki likuiditas yang memadai untuk tetap tumbuh,” ujarnya.

Penurunan LDR ini, katanya, telah membuka ruang terhadap penurunan cost of fund, dengan rasio permodalan atau CAR di level 20,92%.