Catat Modal Inti Rp5,057 Triliun, BRI Syariah Resmi Naik Kelas BUKU III
JAKARTA – PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) resmi naik kelas menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III. Informasi tersebut disampaikan Direktur Utama BRI Syariah Ngatari, dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 24 November 2020. “Bank BRI Syariah telah memenuhi kriteria sebagai BUKU III,” tulisnya. Hal ini merujuk pada surat OJK […]
Nasional & Dunia
JAKARTA – PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) resmi naik kelas menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III.
Informasi tersebut disampaikan Direktur Utama BRI Syariah Ngatari, dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 24 November 2020.
“Bank BRI Syariah telah memenuhi kriteria sebagai BUKU III,” tulisnya. Hal ini merujuk pada surat OJK No.S-192/PB.34/2020 tanggal 23 November 2020 perihal Peningkatan Modal Inti PT Bank BRISyariah Tbk.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pada akhir September lalu, BRI Syariah telah mencatatkan modal sebesar Rp5,057 triliun. Seperti diketahui, BUKU III merupakan kategori bank umum yang memiliki modal inti Rp5-30 triliun.
Dengan peningkatan status tersebut, kata Ngatari, perseroan semakin dapat berekspansi memperluas jaringan. Selain itu, kesempatan bisnis juga terbuka lebar, baik penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran dana, pembiayaan, kegiatan treasury, dan pembukaan representative office di luar negeri.
Kinerja Merekah
Dalam laporan keuangan terbaru per kuartal III 2020, BRI Syariah berhasil mencatat laba sebesar Rp190,5 miliar. Laba tersebut melejit 238% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp56 miliar.
Salah satu penopang laba bersih ini adalah pembiayaan yang tumbuh sebesar 57,9% yoy atau senilai Rp40 triliun.
Pembiayaan ditopang oleh segmen ritel, yakni usaha kecil dan menengah (UKM), mikro, dan konsumer yang mencapai Rp12,2 triliun.
Selain itu, pembiayaan mikro BRI Syariah juga berkontribusi sebesar Rp10,9 triliun atau tumbuh 185% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun segmen mikro lainnya adalah kredit usaha rakyat (KUR) yang tumbuh sebesar Rp4,3 triliun.
Penyaluran pembiayaan tersebut rupanya diikuti oleh penurunan rasio NPF. Secara gross, NPF turun dari 4,45% menjadi 3,35% pada periode ini. Kemudian NPF net menjadi Rp1,73% dari yang sebelumnya 3,97%.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), perseroan mampu menghimpun sebesar Rp49 triliun, tumbuh tinggi 43% dibandingkan Rp34 triliun per akhir 2019.
Pertumbuhan ini juga terjadi untuk total aset yang naik 30% dari Rp43 trilun per akhir 2019 menjadi Rp56 triliun per kuartal III 2020.