CEO McDonald's Akui Dampak Boikot Ganggu Kinerja Perusahaan
- Boikot yang merambah ke negara-negara di luar wilayah Arab seperti Mesir, Yordania, dan Malaysia, menyoroti polarisasi politik di kawasan tersebut yang dapat memengaruhi perusahaan-perusahaan global selama konflik Israel-Palestina berlangsung.
Dunia
JAKARTA - CEO McDonald's, Chris Kempczinski, mengungkapkan perusahaan mereka, bersama dengan merek lain seperti Starbucks mengalami dampak signifikan pada bisnis mereka akibat aksi boikot produk perusahaan waralaba tersebut.
Hal ini disebabkan oleh konflik yang sedang terjadi dan tersebarnya pemberitaan dukungan perusahaan makanan cepat saji tersebut terhadap aksi agresi Israel di Gaza. Aksi boikot yang dilakukan oleh masyarakat secara spontan berkontribusi terhadap penurunan bisnis di beberapa lokasi.
Dilansir Reuters, Jumat, 5 Januari 2023, Chris Kempczinski menegaskan bahwa informasi yang menyesatkan tentang merek mereka, khususnya McDonald's, tidak beralasan dan merupakan suatu kekecewaan. Dia menekankan bahwa setiap restoran McDonald's di negara mana pun, termasuk negara-negara Muslim, dioperasikan oleh pemilik operator lokal yang berkomitmen untuk melayani komunitas dan memberdayakan ribuan pekerja lokal.
Boikot yang merambah ke negara-negara di luar wilayah Arab seperti Mesir, Yordania, dan Malaysia, menyoroti polarisasi politik di kawasan tersebut yang dapat memengaruhi perusahaan-perusahaan global selama konflik Israel-Palestina berlangsung.
- Bank Jatim Buka Lowongan Direksi, Berikut Persyaratannya!
- Ingin Cetak Rekor, Korea Bidik US$700 M untuk Target Ekspor 2024
- Sejumlah Kereta Dialihkan Imbas Tabrakan KA Turangga, KAI Daop 5 Purwokerto Memohon Maaf
Pemberitaan di berbagai media yang menunjukan perusahaan tersebut memberikan logistik makanan terhadap tentara Israel telah menjadi polemik di tengah ribuan warga Palestina yang tewas akibat Agresi. Perusahaan makanan cepat saji seperti McDonald's dan Starbuck dianggap tidak berempati terhadap Jutaan warga Gaza yang menderita.
Chris Kempczinski mengungkap, menavigasi lanskap politik yang rumit dan sensitivitas sosial yang berbeda di setiap negara menjadi semakin sulit dalam mengelola operasi bisnis global mereka
McDonald's, memiliki dan mengelola sekitar 40.275 restoran di lebih dari 100 negara. Perusahaan mencatat pendapatan tahunan sebesar US$23,18 miliar atau sekitar Rp 359.63 triliun (Kurs Rp15.500)pada tahun fiskal 2022.
Dampak dari situasi saat ini di beberapa pasar kunci, terutama di Timur Tengah dan sejumlah negara di luar wilayahnya, telah menjadi tantangan serius bagi kinerja bisnis mereka.
Konflik yang sedang berlangsung di wilayah ini, dikombinasikan dengan miskonsepsi terkait merek, menciptakan hambatan yang kompleks bagi perusahaan-perusahaan multinasional seperti McDonald's.