<p>Karyawan beraktivitas dengan latar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 31 Agustus 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Cermati Cara Mengelola Investasi di Masa Pandemi

  • JAKARTA – Memasuki bulan terakhir kuartal ketiga 2020, pandemi COVID-19 juga belum menampakkan tanda-tanda akan melunak. Di luar negeri, banyak negara mulai diterpa gelombang kedua virus corona, sedang Indonesia sendiri belum juga selesai dari gelombang pertama sejak Maret 2020. Tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan, COVID-19 juga ikut menginfeksi perekonomian, termasuk dunia investasi. Namun, di masa […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Memasuki bulan terakhir kuartal ketiga 2020, pandemi COVID-19 juga belum menampakkan tanda-tanda akan melunak. Di luar negeri, banyak negara mulai diterpa gelombang kedua virus corona, sedang Indonesia sendiri belum juga selesai dari gelombang pertama sejak Maret 2020.

Tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan, COVID-19 juga ikut menginfeksi perekonomian, termasuk dunia investasi. Namun, di masa yang penuh ketidakpastian saat ini, bukan berarti tidak bisa menjaga investasi atau bahkan memulainya.

Berikut TrenAsia.com  rangkum sejumlah cara untuk mengelola investasi di masa pandemi dari laman Zap Finance, Minggu, 6 September 2020.

1. Jangan panik

Meskipun 44 negara telah resesi, dan Indonesia sedang di mulut jurang yang sama, namun negara ini pernah mengalami setidaknya dua kali krisis serupa yaitu pada 1998 dan 2008. Belajar dari dua krisis sebelumnya, dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang, hasil investasi berbasis saham tetap baik untuk saham berfundamental baik.

Sehingga, Anda masih tetap bisa berinvestasi dengan catatan harus jeli melihat saham dengan fundamental yang baik. Jadi jangan khawatir jika dalam jangka pendek, saham Anda masih akan labil selama masa pandemi.

Jangan salah, situasi seperti ini justru merupakan momentum tepat berinvestasi. Salah satu sektor yang masih cukup menjanjikan untuk dijadikan investasi saat resesi menimpa adalah sektor konsumsi.

Saham-saham yang berasal dari perusahaan consumer goods yang tidak berorientasi pada ekspor cenderung lebih stabil meski di tengah resesi.

2. Evaluasi dan atur ulang portofolio aset investasi

Saat kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sedang turun, bisa dipastikan saldo aset investasi yang berbasis saham bakal ikut turun secara signifikan. Apakah waktunya cut-loss?

Sebelum itu, sebaiknya Anda kembali ke konsep tujuan keuangan. Untuk apa dana akan digunakan? Jika investasi ditujukan untuk 10 tahun ke depan, maka dana investasi yang sudah turun hingga 10% sebaiknya tidak dicairkan.

Adapun untuk dana yang turunnya belum sampai 10% dapat dipindahkan sementara di instrumen yang berbasis pasar uang seperti reksa dana pasar uang atau pun deposito.

3. Tetap lakukan penyebaran aset investasi

Diversifikasi aset investasi merupakan hal yang penting dilakukan setiap saat. Penyebaran aset investasi sebaiknya berdasarkan kemudahan untuk dijual kembali, kemungkinan fluktuasi nilai investasi dalam jangka pendek, serta aset yang tidak dipengaruhi oleh sistem lembaga keuangan.

Jadi, setiap rumah tangga disarankan untuk memiliki tabungan atau deposito, reksa dana pasar uang, logam mulia, aset berbasis saham dan jika memungkinkan, properti. Komposisinya bergantung pada profil risiko masing-masing sebagai investor.

4. Tetap berinvestasi dengan konsep berkala

Teknik ini mengajak kita membeli atau berinvestasi di sebuah produk keuangan yang sama secara rutin setiap bulan dengan jumlah Rupiah yang sama. Sisi positif dari penurunan IHSG adalah kita berkesempatan untuk membeli instrumen berbasis saham dengan harga lebih rendah. Tetapi, jangan gegabah juga untuk memginvestasikan semua dana yang dimiliki kedalam instrumen berbasis saham.

5. Hindari spekulasi jangka pendek

Investasi sangat berbeda dengan spekulasi. Saat ini cukup banyak orang yang melakukan aksi membeli Dolar Amerika dengan harapan kurs Rupiah terus melemah sehingga dapat mengambil keuntungan dalam jangka pendek.

Atau, banyak juga yang melakukan serok saham padahal kondisi dana darurat tidak mumpuni. Dalam situasi tidak menentu, saya sarankan untuk menghindari praktik spekulasi terutama bagi investor awam.

Studi ZAP Finance atas perbandingan investasi secara berkala dengan investasi secara sekaligus untuk periode Oktober 2008 hingga Oktober 2012 ke sebuah reksa dana saham mengungkapkan fakta bahwa cara berinvestasi yang memberikan hasil optimal adalah investasi secara berkala.

Sedikit catatan, optimal itu berbeda dengan maksimal. Tidak seorang pun dapat memprediksi waktu tepat berinvestasi yang dapat memberikan hasil paling maksimal.