Suasana bongkar muat di area PT IPC Petikemas, Tanjung Priok 2, Jakarta, Selasa, 26 Oktober 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Nasional

Cetak Rekor 19 Bulan Beruntun, Neraca Perdagangan RI Surplus Rp50,1 Triliun

  • Indonesia kembali mencetak surplus neraca perdagangan selama 19 bulan beruntun.
Nasional
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -  Indonesia kembali mencetak rekor surplus neraca perdagangan selama 19 bulan beruntun. Pada November 2021, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$3,51 miliar setara Rp50,2 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar Amerika Serikat).

Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono mengatakan surplus terjadi karena nilai ekspor Indonesia pada November mencapai US$22,84 miliar sedangkan impor mencapai US$19,33 miliar.

Margo mengatakan rekor surplus neraca perdagangan melanjutkan tren positif yang tercatat sejak pertengahan tahun lalu.

"Pada bulan November ini terjadi surplus sebesar US$3,51 miliar. Ini terjadi karena ekspor kita masih lebih tinggi dari impor," katanya dalam konferensi pers, Rabu, 15 Desember 2021.

Dia mengatakan komoditas terbesar yang menyumbang surplus perdagangan Indonesia pada November adalah bahan bakar mineral, lemak hewan nabati dan besi dan baja.

Secara tahun kalender (Januari-November), surplus perdagangan Indonesia mencapai US$34,32 miliar, naik 75,82% dari tahun lalu sebesar Rp19,52 miliar.

Margo mengurai, nilai ekspor Indonesia pada November 2021 mencapai US$22,84 miliar atau naik 3,69% dari ekspor Oktober 2021. Sementara, dibandingkan dengan November 2020 nilai ekspor naik sebesar 49,70%

Ekspor nonmigas November 2021 mencapai US$21,51 miliar, naik 2,40% dibandingkan dengan Oktober 2021, dan naik 48,38% dari ekspor nonmigas November 2020.

Secara kumulatif, nilai ekspor periode Januari–November 2021 mencapai US$209,16 miliar atau naik 42,62% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$197,98 miliar atau naik 42,00%.

"Peningkatan terbesar ekspor nonmigas November 2021 terhadap Oktober 2021 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar US$211,3 juta (5,39 persen)," kata Margo.

Sementara itu, lanjut dia, penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$811,4 juta (24,17%).

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas November 2021 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,41 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,54 miliar dan Jepang US$1,64 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 44,61%.

Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,14 miliar dan US$1,80 miliar.

Untuk impor, Margo mengatakan nilai impor pada November mencapai US$19,33 miliar, naik 18,62% dibandingkan Oktober 2021.

Nilai impor ini terdiri dari impor migas November 2021 senilai US$3,03 miliar, naik 59,37% dibandingkan Oktober 2021 dan impor nonmigas senilai US$16,30 miliar, naik 13,25%  dibandingkan Oktober 2021 atau naik 40,79%dibandingkan November 2020.

Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar November 2021 dibandingkan Oktober 2021 adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya US$425,5 juta (25,61%). Sedangkan penurunan terbesar adalah serealia US$127,9 juta (26,78%).