Chandra Asri Milik Konglomerat Prajogo Pangestu Rugi Rp294 Miliar
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Selasa, 27 Oktober 2020, Chandra Asri harus menelan kerugian US$19,72 juta atau Rp294,42 miliar (kurs Rp14.925 per dolar Amerika Serikat).
Industri
JAKARTA – Emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatatkan kinerja yang tidak begitu apik pada kuartal III-2020.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Selasa, 27 Oktober 2020, Chandra Asri harus menelan kerugian US$19,72 juta atau Rp294,42 miliar (kurs Rp14.925 per dolar Amerika Serikat).
Kerugian ini disebabkan oleh tergerusnya pendapatan dari US$1,38 miliar menjadi US$1,26 miliar. Sedang di sisi lain, beban penjualan bertambah dari US$30,6 juta menjadi US$31,82 juta. Begitu pula dengan beban keuangan perusahaan yang naik dari US$42,1 juta menjadi US$49,18 juta.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Adapun penurunan pendapatan ini disebabkan oleh terkoreksinya penjualan domestik sebesar 10,87% dari US$1,02 miliar menjadi US$909,2 juta. Demikian pula dengan penjualan luar negeri yang turun dari US$359,93 juta menjadi US$350,26 juta.
Kendati demikian, Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengungkapkan, pendapatan dan laba bersih itu sejatinya masih jauh lebih baik dibandingkan dengan kuartal II-2020.
Selama tiga bulan (Juli-September 2020), kata Suryandi, perusahaan berhasil membukukan pendapatan sebelum bunga, pajak, deprisiasi, dan amortisasi (earning before interest, taxes, depreciation and amortization/EBITDA) sebesar US$19 juta.
Nilai ini tumbuh bersamaan dengan laba perseroan yang berhasil membukukan nilai sebesar US$21 juta pada periode tersebut.
“Hal ini menjadikan EBITDA year to date (sejak awal tahun) 2020 kami sebesar US$66 juta dan mengurangi kerugian bersih sebesar US$19 juta,” ungkap Suryandi dalam rilis resminya, dinukil Selasa, 27 Oktober 2020.
Likuiditas Sehat
Di sisi lain, lanjut Suryandi, likuiditas perseroan masih terbilang cukup solid dengan nilai kas dan setara kas sebesar US$516,22 juta. Meski sejatinya 21,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya, yakni US$660,15 juta.
Hingga saat ini, perseroan tercatat masih memiliki ekuitas sebesaar US$1,74 miliar dan liabilitas US$1,52 miliar. Angka ini terbilang masih cukup aman mengingat nilai debt to equity ratio (DER) perseroan masih belum lebih dari 4 kali lipat.
“Posisi neraca kami tetap solid dengan kumpulan likuiditas sebesar US$797 juta per 30 September 2020,” terang Suryandi.
Sementara itu, pada perdagangan Selasa, 27 Oktober 2020, saham TPIA ditutup stagnan di level Rp8.000 per lembar. Kapitalisasi pasar TPIA masih mantap di posisi Rp141,33 triliun.
Pemegang saham mayoritas dari TPIA sendiri masih dimiliki oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dengan kepemilikan sebesar 41,88%. Didampingi SCG Chemicals Co., Ltd sebesar 30,57% dan Prajogo Pangestu sebanyak 15,07%.
Prajogo Pangestu sendiri diketahui merupakan pemegang saham mayoritas di Barito Pacific dengan kepemilikan saham sebesar 72,14%. Artinya, total kepemilikan saham Prajogo Pangestu di Chandra Asri sejatinya sebanyak 73,06%.
Diketahui, Prajogo Pangestu merupakan orang terkaya ke-3 di Indonesia versi Forbes 2019. Total hartanya ditaksir senilai US$7,6 miliar atau setara Rp111,91 triliun. (SKO)