Perdagangan manusia di Afrika.
Dunia

China Bebaskan Pajak Produk Afrika, Strategi Baru Tarik Benua Hitam

  • Kebijakan China tidak hanya mempermudah akses negara-negara Afrika ke pasar raksasa China, tetapi juga membuka pintu bagi produk-produk khas Afrika seperti jeruk Zimbabwe, wijen Ethiopia, dan daging kambing Madagaskar untuk masuk ke dapur-dapur warga China.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Mulai 1 Desember 2024, China mengambil langkah baru dalam geopolitik global. Negara ini  menerapkan kebijakan tarif nol untuk semua lini tarif impor dari negara-negara kurang berkembang (LDC) yang memiliki hubungan diplomatik dengannya. 

Langkah ini menjadikan China sebagai negara pertama yang menerapkan kebijakan semacam itu, sekaligus memperkuat posisinya sebagai mitra strategis negara-negara Global South, khususnya Afrika.

Kebijakan ini tidak hanya mempermudah akses negara-negara Afrika ke pasar raksasa China, tetapi juga membuka pintu bagi produk-produk khas Afrika seperti jeruk Zimbabwe, wijen Ethiopia, dan daging kambing Madagaskar untuk masuk ke dapur-dapur warga China. Minat konsumen China terhadap produk Afrika terus meningkat, menciptakan potensi besar bagi ekspor Afrika.

"Afrika merupakan benua dengan jumlah negara kurang berkembang terbesar, dan kebijakan tarif nol China bertujuan untuk mendorong peningkatan kerja sama industri melalui perdagangan skala besar, meningkatkan kerja sama China-Afrika serta mendorong lebih banyak negara Global South untuk bersama-sama mengejar modernisasi," ujar seorang peneliti di Institut China-Afrika, Yang Baorong,  dilansir Xinhua, Selasa 3 Desemebr 2024.

China juga memanfaatkan berbagai instrumen untuk mempererat hubungan perdagangan, termasuk memfasilitasi e-commerce lintas batas dan memberikan lebih dari 120 stan gratis kepada negara-negara LDC pada China International Import Expo (CIIE) 2024. Salah satu penerima manfaat kebijakan ini adalah Tanzania Future Enterprises, yang berhasil memperkenalkan madu khas Tanzania ke pasar global melalui pameran tersebut.

Bagi negara-negara Afrika, kebijakan tarif nol ini tidak hanya memperluas peluang perdagangan, tetapi juga mendorong modernisasi sektor pertanian dan peternakan. Dengan meningkatnya permintaan dari pasar China, negara-negara Afrika dapat mengembangkan produksi lokal secara lebih efisien, memanfaatkan teknologi, dan menciptakan lapangan kerja baru.

Kebijakan ini juga menunjukkan visi strategis China untuk memperkuat kerja sama ekonomi skala besar dengan negara-negara Afrika. Melalui perdagangan, bantuan teknologi, dan diplomasi ekonomi, China berupaya menciptakan hubungan simbiosis yang mempercepat modernisasi bersama.

"Kebijakan-kebijakan China, seperti di antaranya dispensasi tarif, dukungan untuk e-commerce lintas perbatasan, dan berbagai platform seperti pameran, memberikan peluang pertumbuhan yang sangat besar bagi perusahaan Afrika," tambah Yang.

Rebutan Pengaruh dengan Amerika

Langkah China ini tidak lepas dari konteks perebutan pengaruh global dengan Amerika Serikat. Afrika, yang kaya akan sumber daya alam strategis, seperti kobalt, tembaga, dan litium, menjadi arena kompetisi utama. Sementara Amerika menawarkan pendekatan berbasis demokrasi dan pembangunan berkelanjutan, China tampil dengan solusi pragmatis yang berfokus pada perdagangan, infrastruktur, dan dukungan finansial tanpa syarat politik yang ketat.

Langkah terbaru China ini menjadi sinyal bahwa Beijing tidak hanya mempererat hubungan dengan Afrika, tetapi juga berusaha mengukuhkan dirinya sebagai pemimpin ekonomi Global South. Amerika Serikat, yang selama ini mendominasi narasi geopolitik global, menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan pengaruhnya di kawasan tersebut.

Bagi negara-negara Afrika, persaingan antara China dan Amerika membawa peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, mereka dapat memanfaatkan persaingan ini untuk mendapatkan keuntungan maksimal dalam perdagangan dan pembangunan. Namun di sisi lain, risiko ketergantungan ekonomi terhadap salah satu kekuatan besar tetap menjadi perhatian utama.

Dengan kebijakan tarif nol ini, China menunjukkan keinginannya untuk menjadi mitra utama Afrika dalam membangun masa depan yang lebih sejahtera. Namun, hanya waktu yang akan membuktikan apakah langkah ini benar-benar membawa manfaat jangka panjang atau justru memperkuat posisi geopolitik Beijing dalam persaingan global.