jjj.JPG
Tekno

China Disebut Ubah Jet Tempur Tua Jadi Drone Tempur

  • China mungkin telah menemukan kegunaan baru untuk jet tempur tua mereka. Mengubahnya menjadi drone tempur.

Tekno

Amirudin Zuhri

BEIJING-China mungkin telah menemukan kegunaan baru untuk jet tempur tua mereka. Mengubahnya menjadi drone tempur.

Pesawat itu adalah J-7 yang oleh  NATO disebut sebagai  Fishcan. Ini adalah salinan China dari MiG-21 Soviet era 1960-an. 

Meskipun awalnya merupakan desain pertengahan Perang Dingin, lebih dari 2.400 J-7 diproduksi dalam 54 varian hingga 2013. Pakistan dan Iran masih menerbangkan versi ekspor yang disebut sebagai F-7. Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China memiliki hampir 300 J-7I.  Ini menurut laporan tahunan tentang kemampuan militer dan ekonomi pertahanan dari International Institute of Strategic Studies. 

Pesawat tempur generasi ktiga ini sudah lama melewati masa jayanya. Terlebih China terus menerima jet tempur generasi keempat dan kelima. Menurut surat kabar China Global Times China dapat sepenuhnya mempensiunkan J-7 pada tahun 2023.

Di Amerika pesawat tempur usang berakhir dengan penyimpanan  di boneyard. Atau  diubah menjadi drone target seperti yang terjadi pada  F-4 dan F-16. Tetapi Global Times beberapa waktu lalu menyebut nasib  berbeda untuk J-7. Pesawat dapat dimodifikasi menjadi drone dan memainkan peran baru dalam peperangan modern.

Peran baru itu mungkin akan mengubah J-7 menjadi kendaraan udara tempur tak berawak. Ini bukan pertama kalinya plot jet-ke-drone muncul. Ada  spekulasi sebelumnya bahwa China mungkin mengubah J-6 menjadi drone. J-6 adalah salinan China dari  MiG-19 Soviet era 1950-an.

Pengamat  mencatat bahwa pada tahun 2021, empat J-7 bergabung dengan sekelompok pesawat tempur J-16  selama latihan di dekat wilayah udara Taiwan. Sebuah  langkah yang tidak biasa untuk pesawat tua yang bahkan dianggap oleh Taiwan sebagai “jet kakek”. Beberapa orang menduga J-7 ini telah diubah menjadi drone. Tetapi  tidak ada bukti yang bisa ditemukan.

Ada sejumlah alasan mengapa mengubah pesawat tempur berawak menjadi drone tempur.  Alasan paling jelas adalah tidak membuang-buang jet mahal. Tetapi alasan yang lebih besar mungkin kinerja. 

Ditulis Popular Mechanics Rabu 5 April 2023, Drone serang yang dibuat khusus seperti MQ-9 Reaper Amerika atau TB2 Bayraktar Turki memiliki kecepatan maksimum sekitar 130–300 mil per jam. Pesawat juga  cenderung kikuk karena digerakkan oleh mesin baling-baling.

J-7 yang diubah menjadi drone bisa terbang dengan kecepatan hampir 2 Mach. Dan pesawat tempur berawak dirancang untuk manuver yang gesit dan berkecepatan tinggi. Pesawat  juga dapat mengangkut berbagai persenjataan, termasuk rudal udara-ke-udara, udara-ke-darat, dan anti-kapal serta bom.

Sebuah studi tahun 2022 dari Mitchell Institute,  think tank yang berbasis di Amerika menyimpulkan biaya  untuk mengubah pesawat lama menjadi drone relatif rendah. Tetapi mereka mempertahankan banyak karakteristik varian berawaknya. Dengan kata lain, badan pesawat yang dikonversi memiliki kinerja, kemampuan manuver, dan kapasitas muatan yang sama dengan platform aslinya.

Banyak Misi

Institut Mitchell menyebut jet tempur J-6, J-7, dan J-8 tua, serta pesawat serang Q-5, dapat diubah menjadi drone. Dan  kemudian mereka bisa digunakan  untuk membanjiri sistem pertahanan udara Taiwan, untuk mengerumuni kapal induk, atau melakukan operasi kontra-udara dasar.

Sebagai misal.  China dapat mengirim ratusan drone ini sebagai awal dari invasi ke Taiwan. Setelah  drone menghabiskan pasokan rudal anti-pesawat Taiwan pesawat serang berawak kemudian masuk.

“Seperti jangkrik, yang dapat tetap berada di bawah tanah untuk jangka waktu yang lama, China dapat memilih untuk menyembunyikan sejumlah besar drone ini di tempat penampungan bawah tanah. Dan  membuat muncul secara massal untuk menyerang Taiwan,” tulis studi tersebut.

Ironisnya, J-7 mungkin akan lebih sukses sebagai drone daripada yang mereka lakukan dengan pilot di kokpit. Global Times menggambarkan J-7 sebagai jet tempur supersonik pertama yang dikembangkan oleh China yang dapat mencapai 2 Mach.  

Pada kenyataannya, J-7 didasarkan pada cetak biru dan komponen MiG-21 yang dikirim  Soviet pada tahun 1961. Ketika hubungan China dan Uni Soviet menjauh pada awal 1960-an, Moskow menghentikan pengiriman. Dan Beijing melakukan rekayasa balik desain.

Sejumlah ahli menilai J-7 tidak memiliki reputasi yang baik.  Andreas Rupprecht penulis buku Dragon’s Wings mengatakan jet tempur mengalami asalah termasuk cacat produksi, keandalan yang buruk, kursi ejeksi yang cacat, dan ukuran kokpit yang pas untuk pilot Rusia. Bukan  China.

Mendaur ulang jet tua menjadi drone terdengar hemat. Tetapi konsepnya mungkin memiliki masalah. Drone supersonik masih dalam masa pertumbuhan. Salah satu pertanyaannya adalah bisakah robot jet tempur melakukan manuver tempur berkecepatan tinggi  dengan kesadaran situasional terbatas di stasiun darat, bukan di kokpit?