<p>Presiden Rusia Vladimir Putin/TASS</p>
Dunia

China Jadi Kunci Ekonomi Rusia Tetap Kokoh Meski Ditekan Barat, Ini yang Terjadi

  • Hubungan antara Rusia dan China kian mesra di tengah tekanan sejumlah negara barat pada negeri beruang merah

Dunia

Rizky C. Septania

MOSKOW - Hubungan antara Rusia dan China kian mesra di tengah tekanan sejumlah negara barat pada negeri beruang merah. Terbaru, Rusia berencana melanjutkan intervensi valasnya menggunakan mata uang China.

Mengutip Reuters Kamis, 12 Januari 2022, hal ini dilakukan untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi negara yang dulunya merupakan bekas pecahan Uni Soviet.

Sebagaimana diketahui, ekonomi Rusia telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa meski negara Barat sepakat mengenakan sanksi ekonomi terberat pada Kremlin sepanjang sejarah perang Rusia-Ukraina. Namun menurut pegerakan, sejumlah sumber daya alam dari Rusia yang merupakan terbesar di dunia itu kini semakin beralih ke China.

Pun halnya dengan bidang pendidikan, Pelajar China telah berbondong-bondong ke universitas-universitas Rusia. Di Rusia sendiri,  bahasa Mandarin menghiasi tanda-tanda di tempat-tempat wisata Moskow bersama bahasa Inggris dan bahasa asli negara tersebut. Presiden Rusia sendiri,  Vladimir Putin telah menggembar-gemborkan kemitraan tanpa batas dengan Presiden Xi Jinping.

Kementerian Keuangan Rusia, yang bersama dengan bank sentral memimpin tanggapan ekonomi Moskow terhadap sanksi tersebut, mengatakan akan menjual 54,5 miliar rubel atau Rp1,14 triliun dengan asumsi kurs Rp218 ruber per dolar AS dalam mata uang asing mulai 13 Januari di tengah pendapatan minyak dan gas yang lebih rendah.

"Untuk meningkatkan stabilitas dan prediktabilitas kondisi ekonomi domestik serta untuk mengurangi dampak kondisi pasar energi yang tidak stabil terhadap ekonomi Rusia dan keuangan publik, Kementerian Keuangan akan melanjutkan operasi pembelian/penjualan aset likuid." tulis kementerian keuangan Rusia seperti dikutip TrenAsia.com.

Pada anggaran tahun 2023 harga minyak Rusia didasarkan pada harga campuran Ural sekitar US$70,1 per barel. Padahal, Barat menekan minyak campuran utama Rusia saat ini diperdagangkan di bawah $50 per barel. 

Sementara PDB nominal Rusia diproyeksikan akan menjadi US$2,14 triliun atau Rp32 Kuadriliun  pada tahun ini sekaligus menyentuh level tertinggi sejak 2013, menurut data IMF.