Produk baja struktur produksi PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) akan diekspor untuk mendukung pembangunan proyek Yukon Bridge di Kanada. Pada awal tahun 2024, perusahaan ini melakukan pelepasan ekspor baja struktur sebanyak 1500 Metric Tons (MT) ke Kanada, dengan nilai sekitar US$2 juta.
Makroekonomi

China-Jepang-Singapura Dominasi Impor Indonesia, Apa Saja?

  • Jika dilihat berdasarkan negara asalnya, impor paling banyak berasal dari China. Tercatat nilai impor komoditas non migas dari Negeri Tirai Bambu mencapai US$5,34 miliar pada Juni 2024, meningkat 10,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Makroekonomi

Debrinata Rizky

JAKARTA – Pada bulan Juni 2024 nilai impor mengalami penurunan signifikan sebesar 4,89% dibandingkan dengan bulan Mei 2024, yaitu dari US$19,40 miliar atau sekitar Rp313,8 triliun.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, penurunan ini dipengaruhi oleh perbedaan dinamika antara sektor minyak dan gas (migas) dan sektor nonmigas.

"Turunnya nilai impor secara bulanan disebabkan oleh penurunan nilai impor non migas dengan andil penurunan 7,58%," terang Amalia dalam rilis BPS Senin, 15 Juli 2024.

Jika dilihat berdasarkan negara asalnya, impor paling banyak berasal dari China. Tercatat nilai impor komoditas non migas dari Negeri Tirai Bambu mencapai US$5,34 miliar pada Juni 2024, meningkat 10,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Komoditas lain yang diimpor dari China dalam volume besar adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya senilai US$1,09 miliar. Lalu disusul impor komoditas plastik dan barang dari plastik senilai US$297,82 juta.

Barang lain yang turut impor dari China seperti kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, bahan kimia organik, barang dari besi dan baja, berbagai produk kimia, filamen buatan, perabotan, lampu dan alat penerangan lainnya.

Tak hanya China, Jepang juga menjadi negara impor terbesar Indonesia tercatat nilai impor dari Negeri Sakura mencapai US$1,12 miliar dengan komoditas terbanyak berupa mesin/peralatan mekanis dan bagiannya, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, hingga mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya.

Lalu di posisi ketiga sebagai importir terbesar Indonesia adalah Singapura. Nilai impor dari Singapura mencapai US$931 juta dengan komoditas di antaranya instrumen optik, fotografi, sinematografi dan medis.

Penurunan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perlambatan ekonomi global, penurunan permintaan domestik, serta perubahan kebijakan perdagangan yang mempengaruhi aliran barang nonmigas ke Indonesia.

Perbedaan dinamika antara sektor migas dan nonmigas ini menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi dan kebutuhan di Indonesia.

Ekspor Ikut Turun

Kinerja ekspor Indonesia pada bulan Juni 2024 mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai ekspor bulan juni mencapai US$20,84 miliar atau sekitar Rp337 triliun (kurs Rp16.180).

Jumlah tersebut  menurun sebesar 6,65% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$22,33 miliar atau sekitar Rp361,2 trilun.

Penurunan nilai ekspor didorong oleh turunnya ekspor di sektor minyak dan gas (migas) serta sektor non-migas. Ekspor migas tercatat mengalami penurunan tajam sebesar 12,24%, dari US$1,42 miliar atau sekitar Rp22,9 triliun pada bulan Mei 2024 merosot ke angka US1,23 miliar atau sekitar Rp19,89 triliun pada bulan Juni 2024.

Disisi lain, ekspor non-migas juga menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Nilai ekspor non-migas turun sebesar 6,20%, dari US$20,91 miliar atau sekitar Rp338 triliun pada bulan Mei, menjadi US$19,61 miliar atau sekitar Rp317 trilin pada bulan Juni 2024.