China Kecam Rencana Tarif Impor 200 Persen, Perang Dagang di Depan Mata?
- Menteri Luar Negeri China, Lin Jian menyatakan China dan Indonesia sama-sama mendapat manfaat besar dari kerja sama perdagangan bebas yang telah terjalin selama ini.
Dunia
JAKARTA - Beberapa pekan yang lalu Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, mengumumkan rencana pengenaan bea masuk hingga 200% pada barang-barang dari China.
Zulkifli Hasan menjelaskan rencana penerapan tarif ini merupakan tanggapan regulasi perdagangan dan perlindungan industri lokal yang sebelumnya belum memuaskan.
Menyikapi isu tersebut, Pemerintah China mengungkap pihaknya akan mengawasi dengan seksama kemungkinan penerapan tarif masuk oleh Indonesia terhadap produk-produk asal China.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, China Lin Jian, mengungkap China siap mengambil tindakan untuk melindungi perusahaan negaranya dari “praktik tidak sehat” yang merugikan pihaknya.
"China akan mencermati kemungkinan penerapan 'safeguard tariff' yang akan dikenakan Indonesia terhadap produk-produk tertentu, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan perusahaan-perusahaan China," terang Kementerian Luar Negeri, China Lin Jian, dikutip dari keterangan resmi, Jumat 12 Juli 2024.
Lin Jian menyatakan China dan Indonesia sama-sama mendapat manfaat besar dari kerja sama perdagangan bebas yang telah terjalin selama ini.
- Target Saham EXCL Usai Akuisisi Penuh Axiata Global Services
- Stray Kids Siap Guncang Jakarta, Segini Perkiraan Harga Tiketnya
- Rekor! Harga Emas Antam Tembus Nyaris Rp1,4 Juta Segram
Kedua negara sepakat untuk menentang segala bentuk proteksionisme yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk melakukan pembatasan atau perang tarif, karena langkah-langkah tersebut hanya akan merugikan kedua belah pihak dan mengganggu hubungan perdagangan yang saling menguntungkan.
Menurut Lin fokus harus diarahkan pada peningkatan kerja sama dan komunikasi untuk mencapai perdagangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
"Kedua negara dengan tegas mendukung perdagangan bebas, menentang proteksionisme dan berkomitmen terhadap pertumbuhan kerja sama perdagangan dan investasi bilateral yang sehat dan stabil," tambah Lin.
Lin juga mengomentari pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang mengungkap pembatasan tarif tersebut tidak ditunjukan untuk satu negara.
"Kami mencatat terutama soal klarifikasi Menteri Koordinator Luhut dan Menteri Zulkifli Hasan mengenai rencana penerapan tarif tinggi oleh Indonesia terhadap impor China, yang mengatakan bahwa meski 'safeguard tariff' dikenakan, tarif tersebut berlaku untuk semua negara dan tidak menargetkan satu negara tertentu, khususnya China," tutup Lin.
- Target Saham EXCL Usai Akuisisi Penuh Axiata Global Services
- Stray Kids Siap Guncang Jakarta, Segini Perkiraan Harga Tiketnya
- Rekor! Harga Emas Antam Tembus Nyaris Rp1,4 Juta Segram
Luhut Sibuk Klarifikasi
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan tarif tersebut tidak ditujukan kepada negara tertentu, termasuk China.
“Jadi kita tidak menargetkan negara tertentu, apalagi China. Semua langkah diambil berdasarkan national interest kita,” terang luhut, 6 Juli 2024 yang lalu.
Luhut juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan China melalui komunikasi dan dialog mengenai kebijakan antarnegara. Hal tersebut dianggap penting agar tidak mengganggu hubungan bilateral yang telah terjalin dengan baik selama ini.
“Saya juga telah berkomunikasi dengan Menteri Perdagangan untuk membahas masalah ini. Kami bersepakat untuk mengutamakan national interest kita namun tidak mengabaikan kemitraan dengan negara sahabat,” tambah Luhut.
Sementara itu, Zulkifli Hasan menjelaskan rencana penerapan tarif ini adalah tanggapan terhadap regulasi-regulasi perdagangan dan perlindungan industri lokal yang sebelumnya belum memuaskan.
"Saya katakan kepada teman-teman jangan takut, jangan ragu. Amerika bisa mengenakan tarif terhadap keramik terhadap pakaian sampai dengan 200 persen, kita juga bisa. Ini agar UMKM industri kita bisa tumbuh dan berkembang," terang Zulkifli Hasan pada tanggal 28 Juni 2024 yang lalu.