Ilustrasi ikan kerapu Taiwan.
Dunia

China Kembali Impor Ikan Kerapu dari Taiwan

  • China memberlakukan larangan kerapu pada Juni tahun lalu dengan mengatakan telah mendeteksi bahan kimia terlarang. Sebuah tuduhan yang dibantah Taipei sebagai bagian dari larangan yang lebih luas atas impor makanan Taiwan.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - China akan melanjutkan impor ikan kerapu dari Taiwan mulai Jumat, 22 Desember 2023. Hal itu hanya selang satu hari setelah mereka membuat marah Taipei dengan mengakhiri pemotongan tarif pada beberapa impor bahan kimia kurang dari sebulan sebelum pemilihan Taiwan.

China memberlakukan larangan kerapu pada Juni tahun lalu dengan mengatakan telah mendeteksi bahan kimia terlarang. Sebuah tuduhan yang dibantah Taipei sebagai bagian dari larangan yang lebih luas atas impor makanan Taiwan.

Kantor Urusan Taiwan China mengatakan perwakilan industri Taiwan telah mengunjungi China dan memberikan informasi perbaikan, sehingga sekarang perusahaan yang disetujui dapat melanjutkan ekspor kerapu.

“Kami bersedia bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di pulau itu untuk terus memberikan bantuan agar impor produk pertanian dan perikanan Taiwan dapat dilanjutkan ke daratan utama,” katanya dalam pernyataan yang dibawa oleh kantor berita resmi China Xinhua, dikutip Jumat. 

China telah melonggarkan beberapa larangan impor pada nanas, jambu air, dan jambu biji dari Taiwan, yang sebelumnya diberlakukan dengan alasan kekhawatiran tentang hama.

Pada Kamis, 21 Desember 2023, Taiwan menuduh China melakukan paksaan ekonomi dan campur tangan pemilu setelah Beijing mengumumkan berakhirnya pemotongan tarif pada beberapa impor bahan kimia dari pulau itu. China mengatakan Taipei melanggar perjanjian perdagangan.

Pemilihan presiden dan parlemen Taiwan pada 13 Januari sedang berlangsung ketika China berusaha memaksa Taiwan menerima klaim kedaulatan China. Pemerintah Taiwan dan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa telah berulang kali mengatakan China mencoba ikut campur dalam pemungutan suara, baik dengan cara militer atau dengan tekanan ekonomi, untuk memastikan hasil yang menguntungkan Beijing.