Bendera China
Dunia

China Kirim Armada ke Antartika, Bangun Stasiun Penelitian dan Lakukan Observasi

  • Lokasi stasiun ini dianggap strategis untuk mengumpulkan sinyal intelijen dari Australia dan Selandia Baru, serta untuk mengumpulkan data telemetri pada roket yang diluncurkan dari Arnhem Space Centre baru di Australia.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

BEIJING - Dua kapal pemecah es dan sebuah kapal kargo China berangkat menuju Antartika dengan membawa lebih dari 460 anggota tim peneliti di dalamnya. Mereka akan membantu menyelesaikan pembangunan stasiun kelima China di benua paling dingin di dunia.

Armada kapal penelitian ini merupakan  armada terbesar yang pernah dikerahkan oleh China ke Antartika. Armada ini akan berlayar untuk membangun stasiun penelitian di Pulau Inexpressible, Antartika, pulau ini terletak dekat Laut Ross, sebuah teluk dalam di Samudra Selatan.

Dua kapal pemecah es, Xuelong 1 dan Xuelong 2 ("Naga Salju" dalam bahasa China), berlayar dari Shanghai membawa sebagian besar personel dan perbekalan logistik. Sementara kapal kargo "Tianhui" ("Berkah Ilahi") membawa bahan konstruksi untuk stasiun dan berangkat dari pelabuhan timur Zhangjiagang.

Kontruksi pembangunan stasiun China dimulai pada tahun 2018 dan diperkirakan akan selesai tahun depan. Stasiun ini akan menjadi pusat penelitian di kawasan tersebut.  Stasiun ini akan dilengkapi observatorium yang digadang akan memberikan china akses informasi yang sangat besar terhadap uupaya eksplorasi antartika. 

Selain itu, lokasi stasiun ini dianggap strategis untuk mengumpulkan sinyal intelijen dari Australia dan Selandia Baru, serta untuk mengumpulkan data telemetri pada roket yang diluncurkan dari Arnhem Space Centre baru di Australia.China menegaskan bahwa stasiun-stasiunnya tidak akan digunakan untuk kegiatan spionase. 

Selama lima bulan  kedepan peneliti akan melakukan survei dampak perubahan iklim. Sejak tahun 1985 hingga 2014, China telah memiliki empat stasiun penelitian di Antartika.

Misi ini merupakan misi ke-40 China di Antartika, yang juga akan melibatkan kerjasama dengan negara-negara lain termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia dalam pasokan logistik, seperti yang diumumkan oleh media pemerintah.