Arcandra Tahar di acara Qsight, “Outlook Energi 2025 dan Kemandirian Energi Indonesia” yang berlangsung di Q Space Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.
Energi

China Kuasai Mineral Kritis, RI Diminta Waspada

  • Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar menyebut China saat ini menjadi penguasa sejumlah mineral kritis dan strategis di antaranya kobalt, nikel, tembaga, litium hingga mangan.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar menyebut China saat ini menjadi penguasa sejumlah mineral kritis dan strategis di antaranya kobalt, nikel, tembaga, litium hingga mangan.

Dampak China menguasai sejumlah mineral kritis tersebut menjadikan negara itu mampu membangun ekosistem kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Tak hanya itu, China juga memproduksi panel surya secara masif dan makna turbin angin.

"Tiongkok bukan lagi punya cadangan minyak dan gas tapi menguasai mineral kritis. Mereka kumpulkan semua dari sisi mining ada nikel, kobalt, litium, mangan. Lalu ada sel baterai terdiri dari anoda, katoda hingga mobil listrik seperti BYD," jelas Arcandra Tahar dalam acara Qsight, “Outlook Energi 2025 dan Kemandirian Energi Indonesia” di Q Space Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.

Menurutnya, negara-negara maju mulai berlomba-lomba menguasai pasokan minyak dan gas serta batu bara. Sehingga anggapan industri migas sedang mengalami sunset industry atau penurunan dinilai tidak benar.

Meski China menjadi negara terbesar konsumsi nikel, sebagian besar produk olahan primer nikel mereka berasal dari luar negara tersebut, salah satunya Indonesia. Bahkan ada yang menyebut Negeri Tirai Bambu sengaja berinvestasi secara besar-besaran di Indonesia demi menguasai nikel yang ada di Tanah Air.

Wakil Menteri ESDM periode 2015 hingga 2016 ini menegaskan pemerintah harus mencontoh China dalam hal strategi menguasai mineral kritis. “Pemerintah tidak boleh terpaku pada penciptaan nilai tambah dari produk turunan (hilirisasi) nikel atau komoditas mineral lainnya. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar.”

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai menjajaki kerja sama dengan PT Eramet Indonesia Mining, untuk membahas tindak lanjut kerja sama terkait studi dan eksplorasi mineral kritis di Indonesia.

Kepala PSDMBP Agung Pribadi mengatakan, hal ini dilakukan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global, melalui Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (PSDMBP).

Agung Pribadi menjelaskan jika PSDMBP tengah berupaya untuk menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan asing, yang difokuskan pada studi mendalam terkait potensi mineral kritis.

"Mineral kritis, seperti nikel, kobalt, dan lithium, menjadi komoditas yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan teknologi masa depan, terutama untuk baterai kendaraan listrik. Dengan adanya studi yang komprehensif, diharapkan dapat ditemukan cadangan mineral kritis baru yang lebih besar dan bernilai ekonomis tinggi," ujar Agung dalam keterangan resmi pada Kamis, 17 Oktober 2024.

Sekadar informasi, Eramet adalah perusahaan pertambangan dan metalurgi multinasional Prancis yang memproduksi logam non-ferrous dan turunannya, paduan nikel dan superalloy , dan baja khusus berkinerja tinggi.