<p>Image Source : Detik.com</p>

China Sebutkan Konsekuensi Terkait Pelarangan Huawei

  • Huawei masih memimpin dunia untuk penjualan peralatan 5G, meskipun mengalami lebih dari enam bulan pembatasan rantai pasokan setelah daftar hitam yang dikeluarkan oleh AS pada Mei.

Acep Saepudin

Acep Saepudin

Author

Beijing-Huawei masih memimpin dunia untuk penjualan peralatan 5G, meskipun mengalami lebih dari enam bulan pembatasan rantai pasokan setelah daftar hitam yang dikeluarkan oleh AS pada Mei. Namun, beberapa minggu dan bulan mendatang akan terlihat suatu keputusan yang diambil di pasar utama Eropa. Ini merupakan inti dari perusahaan telekomunikasi Eropa di mana Huawei sulit untuk dikecualikan.

Negara asal Huawei, China, meski telah menandatangani kesepakatan perdagangan “fase satu” dengan AS. Meski negeri Paman Sam telah mengecualikan langkah-langkah bantuan untuk Huawei. China telah meningkatkan taruhannya di tempat lain di dunia dan terus berjuang agar menjadi juara dalam teknologi.

Menurut Surat Kabar Berlingske pada 10 Desember, duta besar China untuk Denmark mengancam akan membatalkan perjanjian perdagangan dengan Kepulauan Faroe. Itu akan dilakukannya jika pos terdepan Denmark gagal menandatangani salah satu dari kontrak 5G di negara Nordic itu.

Ancaman itu terungkap dalam rekaman audio mulai November. Rekaman audio tersebut pernah hampir disegel pemerintah Faroese.

Menurut surat kabar asal Denmark itu, “Itu adalah contoh pertama di mana pemerintah China telah menghubungkan akses ke pasarnya yang besar dengan Huawei. Perusahaan telekomunikasi tersebut diberi kontrak untuk jaringan 5G. Huawei secara terbuka menyatakan perusahaannya adalah perusahaan swasta tanpa ikatan dengan negara Tiongkok.”

CEO of Digital Barriers Zak Doffman menyebutkan, hal yang disebutkan Berlingske hanya permulaan. Hanya beberapa hari kemudian, Duta Besar China untuk Jerman tampaknya mengancam akan ada “konsekuensi” serius. Itu akan terjadi jika reaksi politik saat ini di Jerman terhadap pemberian kontrak kepada Huawei merusak posisinya yang telah lama membangun jaringan di negara itu.

“Jika Jerman mengambil keputusan yang mengarah pada pengecualian Huawei dari pasar Jerman, akan ada konsekuensinya. Pemerintah Tiongkok tidak akan berpangku tangan,” ujar Dubes China untuk Jerman Wu Ken dilansir dari Forbes.

Wu Ken menambahkan Huawei tidak memiliki kewajiban secara hukum untuk memberikan data kepada pemerintah China.

Lebih kontroversial lagi, Ken secara langsung menghubungkan industri mobil Jerman dan ekspornya ke China dengan posisi Huawei.

“Bisakah kita juga mengatakan bahwa mobil Jerman tidak aman?” ucap Ken. “Karena kita berada dalam posisi untuk memproduksi mobil kita sendiri? Tidak, itu akan menjadi proteksionisme murni,” lanjutnya.

Hal tersebut rupanya memicu debat di media sosial, apakah komentar itu dimaksudkan sebagai duri atau ancaman aktual. Tetapi jika diambil secara paralel dengan pernyataan yang lebih langsung dibuat kepada pemerintah Faroese, itu terlihat cukup jelas.

Angela Merkel, Kanselir Jerman telah lama menyatakan bahwa slot 5G di negara itu harus terbuka untuk Huawei dengan syarat mereka lulus tes keamanan yang ketat. Tetapi pemimpin Jerman itu menghadapi reaksi politik besar di dalam negeri ketika waktu ke arah keputusan semacam itu semakin dekat.

Telefónica Jerman, jaringan terbesar kedua di negara itu, memilih untuk memasukkan Huawei dalam peluncuran jaringannya. Hal ini semakin meningkatkan ketegangan politik di Jerman.