China Tepis Laporan IMF yang Sebut Negaranya Masih Krisis Properti
- China menyurati IMF dan mengatakan bahwa pasar properti negara itu secara umum telah beroperasi dengan lancar, dan tidak dalam situasi krisis.
Dunia
BEIJING- Merosotnya pasar properti China mungkin terdokumentasi dengan baik. Meski demikian, pemerintah China mengingkari hal tersebut dan mengatakan tidak ada krisis.
Sebagaimana dikatakan oleh Dana Moneter Internasional(IMF) IMF pada Jumat lalu, krisis real estate disebut masih belum terselesaikan. Inilah yang menyebabkan pertumbuhan China tetap di bawah tekanan.
Meski IMF mengatakan demikian, China mengambil pandangan berlawanan. Pada 12 Januari, China menyurati IMF dan mengatakan bahwa pasar properti negara itu secara umum telah beroperasi dengan lancar, dan tidak dalam situasi krisis.
"Pihak berwenang menyadari risikonya dan sedang bekerja untuk mengatasinya. Tidak pantas melebih-lebihkan kesulitan di pasar dan dampak potensial terhadap sektor keuangan," kata perwakilan China untuk dewan eksekutif IMF, Zhengxin Zhangdan Penasihat kebijakan IMF, Xuefei Bai sebagaimana dikutip TrenAsia.com Selasa, 7 Februari 2023.
- Lengkap! Ini Daftar Musisi Pemenang Grammy Awards 2023
- Pecahkan Rekor Muri, Rexona Gelar World Hijab Day Serentak di Tiga Kota
- Elon Musk Berencana Hadirkan Fitur Transaksi Uang di Twitter
- INFO BMKG: Gempa Guncang Muarabinuangeun di Laut 66 km Tenggara 5.2 Magnitudo
Sebagaimana diketahui sebelumnya, IMF mengatakan dalam laporan bahwa krisis properti China meningkat pada tahun 2022.
"Akumulasi tekanan dari krisis properti yang belum terselesaikan dapat memicu pengurangan tajam dalam permintaan agregat, dengan putaran umpan balik keuangan makro yang merugikan dan potensi limpahan eksternal yang besar," kata IMF.
Oleh sebab itu, dana moneter dunia menyeruka tindakan lebih lanjutdi tingkat nasional dengan meningkatkan pendanaan untuk penyelesaian proyek yang macet. IMF mengatakan, hal ini mungkin bisa membantu China memimpin jalan menuju restrukturisasi berbasis pasar dan mengandung risiko keuangan.
Terlepas dari upaya China untuk meyakinkan investor tentang kesehatan sektor propertinya, lebih dari setengah dari 60 pengembang yang terdaftar di China daratan kemungkinan akan membukukan kerugian untuk tahun 2022. Selain itu, investasi ke properti China turun 10% pada 2022 dari tahun lalu.
Adapun Rata-rata rasio utang bersih terhadap ekuitas di 80 perusahaan real estat teratas di negara itu naik menjadi 152% pada kuartal kedua tahun 2022. Angka ini dua kali lipat dibandingkan pada pertengahan 2020 sebelum pembatasan utang pada pengembang properti diperkenalkan.
Zhang dan Bai mengakui dalam tanggapan mereka pada 12 Januari bahwa pasar real estat China memasuki lingkungan baru pada tahun 2022 karena berbagai faktor. Diantaranya permintaan yang menyusut, ekspektasi pasar yang lebih lemah, pandemi, dan masalah likuiditas di beberapa pengembang.
Meski begitu, menurut mereka, neraca pengembang yang terdaftar menunjukkan peningkatan rasio kewajiban terhadap aset pada paruh pertama tahun 2022.