Ilustasi wanita belanja online di e-commerce.
Rumah & Keluarga

Ciri-Ciri Toxic Money Habit yang Harus Diwaspadai untuk Keuangan Sehat

  • Sifat toxic ternyata tidak hanya dialami oleh orang, tetapi uang juga bisa. Hubungan toxic dengan uang sering kali dimulai dari kebiasaan buruk sehari-hari dalam mengelola keuangan, yang dikenal sebagai toxic money habit.

Rumah & Keluarga

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Istilah toxic people mungkin sudah sering terdengar. Istilah ini merujuk pada orang-orang yang beracun atau memberikan dampak negatif pada orang lain, terutama terhadap psikis. Sifat toxic ini sebaiknya dihindari karena dapat mengganggu kenyamanan orang lain, menjauhkan kita dari banyak orang, dan membuat kita sulit menjalin hubungan sosial yang sehat.

Sifat toxic ternyata tidak hanya dialami oleh orang, tetapi uang juga bisa. Hubungan toxic dengan uang sering kali dimulai dari kebiasaan buruk sehari-hari dalam mengelola keuangan, yang dikenal sebagai toxic money habit.

Toxic money habit adalah kebiasaan buruk dalam pengelolaan keuangan yang dapat merugikan kondisi finansial seseorang. Biasanya, kebiasaan ini dilakukan tanpa disadari dan bisa sulit diubah jika tidak diatasi dengan serius.

Toxic Money Habit yang Harus Disadari

Berikut toxic money habit yang harus disadari agar keuangan lebih sehat:

Pembelian Impulsif

Siapa yang saat stres sering mencari pelarian ke e-commerce? Atau suka standby di e-commerce setiap tanggal kembar seperti 9.9 dan 10.10? Pasti rasanya ingin membeli segalanya dengan alasan ‘mumpung diskon,’ padahal sebenarnya tidak terlalu membutuhkan barang tersebut.

Untuk menghindari pembelian impulsif, cobalah buat aturan untuk diri sendiri. Misalnya, hanya beli barang yang ada dalam wishlist—daftar barang yang benar-benar dibutuhkan atau sudah lama diinginkan.

Atau, jika tertarik pada suatu barang, tunggu 24 jam atau bahkan lebih dari 3 hari sebelum memutuskan membelinya. Ini membantu memastikan bahwa keinginan tersebut bukan hanya dorongan emosi/nafsu sesaat.

Ketergantungan Kartu Kredit

Kartu kredit memang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi tanpa harus membawa uang tunai. Selain itu, ada berbagai promo menarik bagi penggunanya. Namun, penting untuk menggunakan kartu kredit dengan bijak agar tidak menjadi beban finansial di kemudian hari.

Gunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran, bukan untuk berutang. Selain itu, hindari kebiasaan hanya membayar jumlah minimum yang harus dibayar. Jika Anda hanya membayar minimum payment, Anda berisiko terkena bunga yang terus bertambah setiap bulan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penumpukan utang.

Jika Anda masih membayar minimum payment saja, lebih baik berhenti menggunakan kartu kredit. Sebaiknya, pilih opsi pembayaran tunai atau gunakan m-Card untuk semua transaksi. Dengan cara ini, Anda akan lebih mendekati kebiasaan finansial yang lebih sehat.

Membandingkan Keuangan Sendiri dengan Orang Lain

Melihat teman memiliki smartphone baru, rasanya ingin membelinya juga supaya tidak ketinggalan tren— padahal tidak punya anggaran. Who can relate?

Membandingkan kondisi keuangan diri sendiri dengan orang lain dapat mempengaruhi kebiasaan finansial Anda. Smartphone baru atau merek mobil tidak mencerminkan tingkat kesuksesan seseorang. Mengikuti gaya hidup mewah yang sama dengan orang lain malah bisa berakibat negatif, seperti kurangnya tabungan atau bahkan terpaksa berutang demi tampil keren.

Ingat, membandingkan-bandingkan diri dengan orang lain tak bakal ada habisnya. Sebaiknya, ubah mindset Anda dan gunakan kondisi orang lain sebagai motivasi, bukan kompetisi. Motivasi tersebut dapat mendorong Anda untuk bekerja lebih keras demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Menabung Hanya dari Uang Sisa

Jangan pernah menabung hanya dari uang sisa. Setelah menerima gaji atau pemasukan lain, langsung alokasikan sebagian untuk tabungan dan gunakan sisa uang untuk membayar tagihan atau berbelanja kebutuhan.

Menurut para perencana keuangan, Anda bisa menyisihkan minimal 10-20% dari total pemasukan untuk ditabung. Persentase ini bisa disesuaikan lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung pada kebutuhan dan strategi pengelolaan anggaran yang Anda gunakan.

Self-reward

Memberi penghargaan pada diri sendiri adalah hal yang baik sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras yang telah dilakukan. Misalnya, setelah berhasil menyelesaikan skripsi atau proyek besar, tidak ada salahnya merayakannya dengan makanan favorit atau barang yang diinginkan.

Namun, banyak orang yang melakukan self-reward secara berlebihan tanpa batasan yang jelas. Meskipun penting untuk menjaga kesehatan mental dan memperhatikan diri sendiri, jangan sampai terjebak dalam konsep yang salah. Lakukan self-reward dengan cara yang moderat agar tidak berakhir merugikan keuangan Anda.

Selain proyek-proyek besar, Anda juga bisa memanjakan diri tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Misalnya, menikmati waktu sendiri dengan menonton film favorit atau jalan-jalan untuk menyegarkan pikiran. Jadi, meskipun self-reward itu positif, jangan sampai digunakan sebagai alasan untuk menghamburkan uang.

Tidak Membuat Daftar Anggaran

Banyak orang tidak membuat budgeting karena belum terbiasa, dan sering kali sudah muncul asumsi negatif bahwa budgeting sangat membatasi hidup. Padahal, budgeting sebenarnya penting untuk memastikan semua kebutuhan terpenuhi sesuai porsinya.

Dengan memiliki kebiasaan mengelola anggaran, Anda bisa hidup lebih tenang karena keuangan untuk masa kini dan masa depan sudah direncanakan dengan baik. Misalnya, Anda bisa menggunakan metode budgeting 50/30/20 ala Elizabeth Warren. Metode ini merekomendasikan membagi pengeluaran ke dalam tiga kategori yaitu, 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan.

Itu dia toxic money habit yang harus dihindari. Semoga bermanfaat!