Ilustrasi kenaikan suku bunga.
Perbankan

Citi Indonesia Taksir Kenaikan Suku Bunga BI Tak Akan Agresif

  • Sebelum sampai ke fase tersebut, BI sendiri tidak bisa dikatakan tidak memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga karena masih ada potensi terjadinya turbulensi-turbulensi pada skala perekonomian global yang dapat mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Chief Economist Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) Helmi Arman mengatakan bahwa suku bunga Bank Indonesia (BI) masih memiliki potensi untuk menaikkan suku bunga walaupun jika itu terjadi, pengerekan tidak akan dilaksanakan terlalu agresif.

Menurut Helmi, bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) tampaknya masih akan mempertahankan siklus suku bunga tinggi hingga tahun depan.

Citi Indonesia pun memproyeksikan The Fed baru akan mulai menyusutkan suku bunganya setidaknya saat memasuki kuartal III-2024.

Sebelum sampai ke fase tersebut, BI sendiri tidak bisa dikatakan tidak memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga karena masih ada potensi terjadinya turbulensi-turbulensi pada skala perekonomian global yang dapat mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi yang pada gilirannya dapat berdampak kepada stabilitas nilai kurs rupiah. 

"Untuk mengatakan, tidak ada ruang lagi (untuk BI menaikkan suku bunga) kita tidak berani bilang, tapi saya rasa potensi kenaikannya tidak akan agresif," kata Helmi saat ditemui wartawan seusai konferensi pers paparan kinerja Citi Indonesia kuartal III-2023 di Jakarta, Senin, 13 November 2023.

Menurut Helmi, BI tidak akan mengambil langkah yang terlalu agresif karena level inflasi yang relatif masih terjaga.

Walaupun sempat mengalami kenaikan pada bulan lalu, namun kenaikan itu lebih didorong oleh inflasi makanan sementara inflasi inti relatif masih stabil.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat level inflasi Indonesia sebesar 0,19% secara bulanan dan 2,28% secara tahunan pada bulan September 2023.

Sementara itu, inflasi pada Oktober 2023 tercatat sebesar 0,17% secara bulanan dan meningkat menjadi 2,56% secara tahunan.

Kenaikan Suku Bunga BI

Sebelumnya, setelah banyak pihak memperkirakan BI tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga akhir tahun ini, rupanya bank sentral dalam negeri pada akhirnya menempuh keputusan untuk mengerek BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober yang diselenggarakan beberapa waktu lalu.

BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, kenaikan suku bunga harus dilakukan sebagai langkah untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.

Selain memperkuat stabilisasi rupiah, Perry mengatakan kenaikan suku bunga harus dilakukan sebagai langkah pencegahan dampak terjadinya inflasi barang impor. “Sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3% plus minus 1% pada 2023 dan 2,5% plis minus 1% pada 2024,” ujar Perry.

Kebijakan tersebut juga diperkuat implementasi insentif likuiditas dan menurunkan rasio penyanggah likuiditas makroprudensial. Dengan demikian, kredit pembiayaan diharapkan dapat tetap berlanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Kenaikan suku bunga ini merupakan suatu langkah yang cukup mengejutkan setelah sebelumnya bank sentral mempertahankan suku bunganya sepanjang tahun.

BI Mempertahankan suku bunganya di level 5,75% walaupun The Fed masih terus menaikkan suku bunga. Saat itu, BI menyatakan keputusan mempertahankan suku bunga merupakan konsistensi kebijakan moneter.

Hal itu untuk memastikan inflasi tetap terkendali pada kisaran 2%-4% pada akhir 2023 dan menurun menjadi 1,5%-3,5% pada 2024. Fokus kebijakan moneter BI tetap diarahkan pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dan mitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.