Kemasan rPET Coca-Cola Indonesia
Nasional

Coca-Cola Indonesia Dukung Keberlanjutan dengan rPET

  • CCEP Indonesia sebelumnya pada bulan Juni lalu juga telah mengumumkan peluncuran botol baru yang terbuat dari 100% rPET.
Nasional
Bintang Surya Laksana

Bintang Surya Laksana

Author

JAKARTA - Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia) dukung keberlanjutan lingkungan sebagai salah satu bagian komitmen perusahaan dengan menerapkan recycle Polyethylene Terephthalate atau PET daur ulang (rPET).

Public Affairs, Communication & Sustainability Director for Indonesia & Papua New Guinea CCEP Indonesia, Lucia Karina mengklaim CCEP Indonesia menjadi salah satu perusahaan di Indonesia yang melakukan investasi pada program daur ulang PET.

“Kami satu-satunya perusahaan yang melakukan responsible sourcing, responsible collection untuk sampah plastik botol. Artinya bahwa setiap sampah plastik botol yang diambil itu tidak boleh melanggar hak asasi dari para pengambil sampah plastik botol tersebut,” tambah Lucia dalam konferensi pers pada Senin, 16 Oktober 2023 di Jakarta.

Adapun CCEP Indonesia sebelumnya pada bulan Juni lalu juga telah mengumumkan peluncuran botol baru yang terbuat dari 100% rPET. Inisiasi tersebut menjadikan CCEP Indonesia sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang menerapkan penggunaan rPET.

Selain itu, CCEP Indonesia menjalin kerja sama dengan Grab Indonesia dalam upaya daur ulang kemasan botol plastik PET bekas pakai oleh konsumen. Dalam kerja sama tersebut, CCEP Indonesia bersama dengan Grab Indonesia juga menjalin kolaborasi bersama dengan Yayasan Mahija Parahita Nusantara dan Waste4Change untuk meluncurkan program daur ulang yang dikenal dengan nama 'Recycle Me’. Program tersebut memberikan hadiah pada konsumen berupa penukaran delapan botol rPET atau PET produk Coca-Cola menjadi saldo OVO yang berlaku hanya untuk wilayah Jakarta, Bekasi dan Tangerang.

CCEP Indonesia mendukung keberlanjutan lingkungan dengan menerapkan solar panel sebagai sumber energi. Namun, ada tiga kendala yang diakui Lucia dalam menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan tersebut. Kendala pertama adalah tumpang tindihnya regulasi, yang kedua adalah minimnya pendanaan untuk pengelolaan sampah di Indonesia, dan yang ketiga adalah kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam memilah sampah dari sumbernya

“Kebiasaan dari masyarakat Indonesia itu juga belum terbiasa untuk melakukan pemilahan dari sumbernya, pemilahan dari rumah," ujar Lucia.

Oleh karena itu, CCEP Indonesia menginisiasi dua pilot project di antaranya, yang pertama pendirian bank sampah berbasis komunitas di tingkat kota. Program tersebut bekerja sama dengan wali kota atau bupati setempat dan menetapkan Key Performance Indicator (KPI) untuk mencapai konsistensi dalam pelaksanaannya.

“Program ini harus dimiliki wali kota atau bupati. Dan mereka harus tanda tangan MoU dengan KPI, kalau tidak, kita nggak mau, karena ujung-ujungnya kan yang kita lihat ini adanya perubahan tata cara dari masyarakat ya,” sebut Lucia.

Program selanjutnya adalah UMKM Merdeka, di mana dalam program tersebut CCEP Indonesia bekerja sama dengan berbagai industri untuk memberikan pelatihan untuk para mahasiswa yang nantinya membimbing para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pada kesempatan yang sama, CCEP Indonesia telah menerima dukungan pendanaan rantai pasok berkelanjutan sebesar US$30 juta atau sekitar Rp470,42 miliar (kurs Rp15.680) dari Citi Indonesia. 

Presiden Direktur Coca-Cola Europacific Partners Indonesia & Papua New Guinea, Xavi Selga,  menyatakan komitmen CCEP Indonesia terhadap keberlanjutan lingkungan, dengan menerapkan target seperti mencapai 100% pengumpulan kemasan pada tahun 2030. Perusahaan juga menegaskan komitmen untuk menggunakan 50% kemasan dari rPET, mencapai nol emisi pada tahun 2040, dan mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan pada tahun 2030. 

Dalam upaya mencapai tujuan keberlanjutan tersebut, CCEP Indonesia secara aktif mengajak mitra penyedia mereka untuk berpartisipasi dan mendorong penggunaan energi terbarukan.