<p>Awak media mengambil gambar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 &#8211; 5.157,27. Artinya, indeks sempat anjlok 4 persen dan terlempar dari zona 5.000. Risiko penurunan data perekonomian kawasan Asean termasuk Indonesia menjadi penyebab (IHSG) terkoreksi cukup dalam hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Corona Bawa Berkah, Investor Anyar Via Digital di BEI Nambah 3,1 Juta Orang

  • Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan, pandemi COVID-19 telah menjadi peluang bagi pasar modal untuk memperkuat inovasi di bidang digital. Dengan inovasi itu, jumlah investor Indonesia pun turut tumbuh melejit.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Pandemi COVID-19 memang memaksa orang untuk membatasi kegiatan secara fisik. Namun, petaka ini justru menjadi berkah bagi platform investasi digital.

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan, pandemi COVID-19 telah menjadi peluang bagi pasar modal untuk memperkuat inovasi di bidang digital. Dengan inovasi itu, jumlah investor Indonesia pun turut tumbuh melejit.

Terbukti, sejak awal pandemi hingga sekarang, jumlah investor pasar modal yang memanfaatkan aplikasi digital telah bertambah 3,1 juta orang atau setara 26%. Ini, kata Inarno, membuktikan bahwa digitalisasipun telah menjadi DNA bagi insan bursa Indonesia.

“Luar biasa  pengembangannya setelah ada pandemi ini. Digitalisasi merupakan hal yang mudah untuk kita terima bersama,” tutur Inarno dalam webinar bertajuk “Digitalisasi di Pasar Modal Indonesia” yang digelar MNC Sekuritas, Kamis 17 September 2020.

Dengan penambahan jumlah investor online trading ini, maka kini porsi antara investor konvensional dan digital di Indonesia pun turut berubah. Menurut Inarno, porsi antara keduanya kini menjadi 50:50.

Terlepas itu, pandemi Covid-19 juga rupanya telah memberikan kemudahan bagi BEI untuk meningkatkan literasi pasar modal kepada masyarakat. Sampai akhir Agustus 2020, sambung dia, BEI berhasil menggelar seminar daring terkait edukasi pasar modal sebanyak 3.500 kali. Kegiatan ini berhasil memecahkan rekor dengan mampu menjaring sebanyak 800.000 peserta.

“Hal ini tidak mungkin terjadi apabila kita lakukan scara fisik pertemuannya,” kata dia.

Awak Media beraktivitas dengan latar belakang pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jum’at, 17 Juli 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Investor Melejit

Sementara itu, BEI mencatat jumlah investor pasar modal naik 22% year-on-year (yoy) menjadi 3,02 juta akun per Juli 2020. Jumlah investor pasar modal Indonesia yang tercatat pada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juli 2020 tersebut terdiri atas investor saham, reksa dana, dan obligasi. Dari jumlah tersebut, 42% di antaranya merupakan investor saham.

BEI menjelaskan, kondisi pandemi COVID-19 ternyata tidak menyurutkan minat investor untuk bertransaksi saham. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah rerata harian investor ritel saham yang melakukan transaksi sejak Maret sampai dengan Juli 2020.

Dari data BEI, ada peningkatan 82,4% jumlah investor menjadi 93.000 pada Juli 2020 dibandingkan dengan Maret 2020 sebanyak 51.000. Angka investor ritel yang bertransaksi di bulan Juli tersebut berada di atas rata-rata investor aktif ritel sejak awal 2020 sejumlah 65.000 investor ritel.

Sementara dari sisi aktivitas perdagangan di BEI, tercatat rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp7,67 triliun per hari sampai dengan periode Juli 2020, dengan total rata-rata frekuensi dan volume transaksi perdagangan masing-masing mencapai 537.000 kali dan 7,91 miliar lembar saham.

Adapun angka rata-rata frekuensi perdagangan di BEI tersebut merupakan yang tertinggi di Bursa kawasan ASEAN sejak 2018. Menurut BEI, di tengah-tengah pandemi COVID-19 dan dinamika pasar keuangan global sepanjang semester I-2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan mayoritas indeks acuan bursa global mengalami penurunan tajam.

Sampai dengan 17 September 2020, IHSG masih ditutup di zona merah dengan penurunan 20,02%. Hal senada juga dialami oleh bursa global lain yang memiliki total kapitalisasi pasar lebih besar atau sama dengan US$100 miliar.

Tertinggi ASEAN

Kendati demikian, pasar modal Indonesia masih berhasil mencatatkan perkembangan yang positif dan kinerja tertinggi di antara bursa ASEAN.

Dari sisi suplai, BEI sampai dengan 17 September 2020 berhasil mencatatkan 46 saham baru dan sekaligus merupakan yang tertinggi di antara bursa ASEAN, diikuti oleh 11 saham baru di Malaysia, 5 saham baru di Singapura, 4 saham baru di Thailand, dan 1 saham baru di Filipina (data per 31 Juli 2020).

Sementara itu, dilihat dari segi penggalangan dana sebesar US$260 juta, BEI berada di peringkat ke-2 di antara ASEAN, setelah Thailand (US$2,76 miliar). Pencatatan saham baru ini di BEI diikuti dengan 7 pencatatan ETF baru, 1 EBA, dan 1 obligasi baru.

Selain itu, berdasarkan data dari World Federation of Exchanges, sampai dengan Juni 2020, 45 produk Exchange Traded Fund (ETF) di BEI juga merupakan jumlah ETF tertinggi di antara Bursa-bursa Efek di ASEAN, diikuti oleh 18 ETF di Malaysia, 17 ETF di Thailand, 6 ETF di Singapura, dan 1 ETF di Filipina (kategori ETF berbasis indeks lokal).

Memperhatikan pertumbuhan sisi suplai di BEI sampai dengan 10 Agustus 2020, secara total terdapat 44 pencatatan efek baru yang terdiri dari saham, obligasi, dan efek lainnya dari target 46 pencatatan efek baru pada 2020. (SKO)