<p>Awak media mengmbil gambar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 &#8211; 5.157,27. Artinya, indeks sempat anjlok 4 persen dan terlempar dari zona 5.000. Risiko penurunan data perekonomian kawasan Asean termasuk Indonesia menjadi penyebab (IHSG) terkoreksi cukup dalam hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

COVID-19 dan Konflik China &#8211; AS Jadi Momok IHSG Pekan Ini. Simak Penjelasannya

  • JAKARTA – Peningkatan kasus COVID-19 masih menjadi perhatian pelaku pasar dalam menghadapi pergerakkan pasar saham pekan depan. Terutama selama belum ditemukan vaksin yang efektif. Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyampaikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama pekan depan akan bergerak pada kisaran support di level 5.059 sampai 4.928 dan resistance di level 5.200 […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – Peningkatan kasus COVID-19 masih menjadi perhatian pelaku pasar dalam menghadapi pergerakkan pasar saham pekan depan. Terutama selama belum ditemukan vaksin yang efektif.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyampaikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama pekan depan akan bergerak pada kisaran support di level 5.059 sampai 4.928 dan resistance di level 5.200 sampai 5.250.

“Kami perkirakan IHSG cederung konsolidasi melemah,” ungkap Hans melalui pesan tertulis, Minggu, 9 Agustus 2020.

Hans merinci, kekhawatiran pelaku pasar lebih ke potensi ganguan pemulihan ekonomi akibat pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia memang tidak terlalu baik, tetapi pasar mengalihkan perhatian pada harapan pertumbuhan di kuartal III-2020. Hans memaparkan, harapan perbaikan ekonomi kuartal III-2020didapat dari data yang menunjukan terjadi pertumbuhan penyaluran kredit dan penjualan kendaraan.

Faktor Global

Selain itu, memanasnya konflik China dan AS juga menjadi perhatian pelaku pasar. Hal ini menyusul Trump melarang setiap transaksi USA dengan raksasa teknologi dari China ByteDance (pembuat aplikasi Tik Tok) dan Tencent (pembuat aplikasi WeChat) selama 45 hari.

“Pasar khawatir bila China melakukan pembalasan dengan memblok aplikasi dari AS seperti Apple atau Microsoft,” imbuh Hans.

Hans juga menuturkan, pelaku pasar menantikan kelanjutan paket stimulus AS untuk mengantisipasi pandemik COVID-19. “Bila dicapai kesepakatan akan menjadi amunisi baru untuk penguatan Indeks. Bila tidak dan negosiasi lama maka pasar akan merespon dengan negatif,” tambah dia.

Ada juga data lapangan kerja Amerika Serikat terlihat lebih baik dari perkiraan pelaku pasar. Menurut Hans, hal ini menjadi sentimen positif bagi pasar, tetapi belum menunjukan tanda-tanda pemulihan ekonomi secara keseluruhan.

Di sisi lain, Hans menyampaikan, laba Korporasi AS yang lebih baik dari konsensus pasar menjadi sentimen positif. Hal ini sudah menjadi pendorong kenaikan Indeks dan harga saham dalam beberapa Minggu terakhir ini.

Sementara data China secara umum mengkonfirmasi Negara tersebut ekonominya sudah mulai pulih sesudah lockdown sebelumnya. “Hal ini menjadi sentimen positif bagi harga ekuitas dan membantu kenaikan harga komoditas,” terang Hans.