COVID-19 Genjot Digitalisasi Dunia, Tren Belanja Online Kian Melejit
Konsumen di negara berkembang yang paling besar beralih terhadap tren belanja online.
Home
JAKARTA – Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) melakukan survei terhadap sekitar 3.700 konsumen di sembilan negara, yakni China, Jerman, Swiss, Italia, Korea Selatan, Rusia, Afrika Selatan, Brasil, dan Turki.
Hasil survei mengungkapkan, pandemi COVID-19 telah mempercepat digitalisasi serta memicu perubahan perilaku belanja daring. Lebih dari setengah responden menyatakan lebih sering berbelanja online dan lebih mengandalkan internet untuk mengakses berita, informasi terkait kesehatan, dan hiburan.
Sekretaris Jenderal UNCTAD Mukhisa Kituyi mengatakan, peluang ini perlu dimanfaatkan sejalan dengan pergerakkan dunia menuju pemulihan. Ia bahkan menyebut konsumen di negara berkembang yang paling besar beralih terhadap tren belanja online.
“Perubahan yang kita lakukan sekarang akan memiliki efek yang langgeng seiring dengan pemulihan ekonomi dunia,” ujarnya dilansir dari laman resmi unctad.org, Selesa 13 Oktober 2020.
- Online Trends are Booming (Serial 1): Exploring the Drivers of Indonesia’s Digital Economy
- UGM Jadikan Wisma Kagama dan UC Hotel Sebagai Selter COVID-19
- Bangun Infrastruktur Baru, Google Perluas Layanan Cloud di India
- Bantu Start Up, Erick Refocusing Telkom dan Telkomsel
- Booming Tren Daring (Serial 5): SDM dan Infrastruktur Tertinggal, Perlindungan Data Tak Andal
Hasil survei juga menunjukkan adanya peningkatan transaksi sebesar 6%-10% di sebagian besar kategori produk belanja. Kategori yang mengalami lonjakan transaksi terbesar adalah produk perangkat elektronik, farmasi, pendidikan, produk furnitur, rumah tangga, serta produk kosmetik dan perawatan.
Kendati demikian, dana yang dikeluarkan konsumen perbulan mengalami penurunan yang tajam. Khusus di negara berkembang, terlihat bahwa tren pembelian barang fokus pada produk yang dianggap penting.
Sedangkan, peningkatan belanja online selama pandemi juga berbeda di tiap negara. Misalnya China dan Turki yang mengalami kenaikan paling tinggi. Sebaliknya, Swiss dan Jerman, peningkatannya yang terendah karena memang keduanya telah lebih dulu mengenal e-commerce.
Dari segi profil, wanita serta individu dengan pendidikan tinggi mengalami peningkatan belanja online yang paling besar. Rentang usia 25 hingga 44 tahun juga menjadi usia yang paling sering berbelanja online.
Tren belanja daring diperkirakan akan bertahan setelah pandemi usai. Sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka akan terus berbelanja online dan fokus pada produk penting di masa mendatang. (SKO)