COVID-19 Naik Lagi, Ribuan Wisatawan di China Terjebak Lockdown
- Sekitar lebih dari 2.000 wisatawan terjebak di kota Beihai, China setelah adanya lonjakan kasus COVID-19.
Dunia
BEIHAI - Sekitar lebih dari 2.000 wisatawan terjebak di kota Beihai, China setelah adanya lonjakan kasus COVID-19.
Pada akhir pekan lalu, wilayah Beihai mulai memberlakukan aturan lockdown lagi dan mengadakan tes massal bagi 1,9 juta penduduk kota, menurut laporan BBC.
Peraturan yang ditetapkan mulai Minggu, 17 Juli itu menyebutkan bahwa wisatawan yang tidak melakukan kontak dengan pasien tertular diizinkan untuk pergi. Wisatawan yang mengunjungi daerah berisiko sedang atau tinggi juga diperbolehkan pergi dengan syarat hasil tes COVID-19 negatif.
Sementara itu, sisanya diwajibkan tinggal di kota itu dan melakukan karantina.
Salah seorang turis yang terjebak mengungkapkan kekesalannya melalui platform media sosial Douyin, TikTok versi Cina, yang telah disukai lebih dari 2.700 orang.
"Saya baru saja menyelesaikan lockdown selama 3 bulan saya di Shanghai. Saya baru saja datang ke Beihai untuk menghirup udara segar, apakah saya mengganggu siapa pun?" keluhnya.
- Selain KRAS, Ini 5 Kasus Korupsi BUMN yang Masih Hangat
- Ini 4 Strategi Mencari Pekerjaan Baru di Tengah Resesi
- Fear and Greed Index Berikan Sinyal Positif, Aset Kripto Big Cap Lanjut Menanjak
Beihai, yang merupakan tujuan musim panas populer di wilayah Guangxi selatan China, mencatat lebih dari 450 infeksi dalam lima hari hingga 16 Juli.
Meskipun angka kasus itu mungkin tampak rendah menurut standar internasional, hal itu dianggap tinggi di bawah pendekatan pemerintah China terhadap pandemi.
Di tempat lain di China, pemerintah terus meningkatkan langkah-langkah untuk memerangi meningkatnya kasus COVID-19.
Pada hari Senin, 18 Juli pemerintah Shanghai mewajibkan penduduk di lebih dari setengah dari 16 distriknya untuk menjalani tes.
Sebelumnya, pusat keuangan, perdagangan, dan manufaktur utama baru saja dibuka kembali pada bulan Juni setelah penguncian dua bulan.
Sementara itu, data pemerintah pada hari Jumat, 15 Juli lalu menunjukkan ekonomi negara itu mengalami kontraksi pada kuartal kedua akibat lockdown.