Media Gathering AdaKami di Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024.
Fintech

Credit Gap Rp1.650 Triliun: Peluang Emas bagi Fintech Lending di 2025?

  • Fintech lending memiliki peran penting sebagai bagian dari ekosistem layanan keuangan Indonesia, khususnya dalam menyasar masyarakat yang masih menghadapi kesenjangan akses terhadap layanan keuangan.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Industri fintech peer-to-peer (P2P) lending diproyeksikan terus berkembang pesat pada tahun 2025. Chief of Public Affairs AdaKami, Karissa Sjawaldy, menjelaskan bahwa potensi pasar yang besar menjadi pendorong utama optimisme dalam industri ini. 

“Sebanyak 95 juta orang Indonesia belum terlayani oleh jasa keuangan tradisional,” ungkap Karissa saat media gathering di Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024. 

Karissa menambahkan, fintech lending memiliki peran penting sebagai bagian dari ekosistem layanan keuangan Indonesia, khususnya dalam menyasar masyarakat yang masih menghadapi kesenjangan akses terhadap layanan keuangan. 

“Kita memanfaatkan teknologi dan terus berinovasi agar masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki credit profile dapat mengakses pendanaan melalui fintech lending,” jelasnya.

Menurut Karissa, angka credit gap di Indonesia mencapai Rp1.165 triliun. Hal ini menunjukkan kebutuhan yang belum terpenuhi oleh layanan keuangan tradisional. 

“Peran AdaKami dan pelaku industri lainnya menjadi sangat penting untuk memperluas akses pendanaan berkualitas bagi berbagai segmen masyarakat,” tegasnya.

Pendanaan Berkualitas dengan Teknologi

Karissa menyoroti pentingnya menghadirkan pendanaan yang tidak hanya mudah diakses tetapi juga berkualitas. Teknologi menjadi kunci untuk memastikan hal ini. 

“Ketika kita memastikan bahwa semua orang mendapatkan pendanaan, kita juga memastikan pendanaan itu berkualitas dengan memanfaatkan teknologi,” paparnya.

Fokus Bisnis AdaKami di Tahun 2025

Dalam proyeksi bisnisnya untuk tahun depan, AdaKami akan terus mendukung program pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8%. 

“Kami ingin memperluas basis lender potensial dari berbagai sektor,” kata Karissa. Pada tahun ini, AdaKami telah membangun sembilan kemitraan strategis, dan diharapkan jumlah ini akan meningkat di tahun mendatang.

Selain itu, Karissa menegaskan komitmen AdaKami untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Saat ini, terdapat gap sebesar 15% antara tingkat inklusi keuangan, yang mencapai lebih dari 75%, dan tingkat literasi keuangan, yang baru berada di angka 65%.

“Inklusi keuangan harus berjalan seiring dengan literasi keuangan. Ketika masyarakat mendapatkan akses ke teknologi, kita tidak bisa berharap mereka langsung menggunakannya dengan optimal tanpa memahami risiko-risikonya. Oleh karena itu, edukasi menjadi fokus utama kami,” jelas Karissa.

Inovasi Teknologi sebagai Pilar Utama

Teknologi mutakhir menjadi fondasi utama dalam upaya AdaKami menyediakan layanan keuangan yang lebih inklusif. 

Salah satu terobosan utamanya adalah penerapan teknologi Electronic Know Your Customer (e-KYC) yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Dengan teknologi ini, proses verifikasi data dapat dilakukan dengan cepat, aman, dan bebas risiko penipuan.

Menurut Brand Manager AdaKami, Jonathan Kriss, teknologi e-KYC memungkinkan perusahaan menilai kelayakan kredit masyarakat meskipun mereka tidak memiliki riwayat kredit sebelumnya. 

“Teknologi ini memastikan penyaluran pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sekaligus membangun kepercayaan dalam ekosistem kami,” ujarnya. 

Selain itu, penggunaan Big Data juga menjadi kunci untuk memperluas akses pinjaman sekaligus memastikan distribusi pendanaan yang adil berdasarkan profil risiko masing-masing peminjam.