Cuaca hingga Banjir Bikin Produksi Migas Awal Tahun Terganjal
- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto kendala cuaca yang mengakibatkan banjir menjadi tantangan bagi industri minyak dan gas (migas) terutama mempengaruhi operasional.
Energi
JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto kendala cuaca yang mengakibatkan banjir menjadi tantangan bagi industri minyak dan gas (migas) terutama mempengaruhi operasional.
Dwi menjelaskan, bencana banjir ini membuat beberapa sumur sumur Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), khususnya di Rokan dan Sumatera Selatan terimbas cukup dalam.
"Meski di awal tahun kita dihadapkan bencana alam banjir yang menimpa begitu banyak sumur-sumur KKKS, khususnya di Rokan dan Sumatera Selatan," kata Dwi dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI dilansir Kamis, 14 Maret 2024.
- Pentagon Setuju F-35 Masuk Produksi Tingkat Penuh
- Rancangan Penawaran Saham Harita Nickel (NCKL), Berapa Jatah Investor Strategis?
- Program Angkutan Motor Gratis Masih Buka hingga 18 April 2024, Simak Caranya
Jika melihat dari target lifting hujan yang disertai banjir ini terdampak pada penurunan lifting dan menjadi salah satu penyebab lifting tidak mencapai target. target lifting minyak sesuai APBN sebesar 635 ribu barel per hari (bph) di tahun 2024. Namun, berdasarkan work, program and budget (WPnB) yang disetujui para kontraktor, target lifting minyak tahun ini sebesar 596 ribu bph.
Meski demikian, Dwi memastikan pihaknya berupaya agar lifting minyak di tahun ini realisasinya tidak kurang dari 600 ribu bph. Namun, ternyata sudah ada beberapa kendala yang mengganjal di awal tahun.
Selain itu, pelaksanaan work program contribution yang di bawah target, contohnya pengeboran yang jumlahnya tidak tercapai, menyebabkan lifting minyak berkurang 4.700 bph. Lalu, safety stand down selama 1 bulan mengakibatkan berkurangnya lifting 3.000 bph.
Belum lagi adanya kendala dari sisi pengadaan lahan, perizinan, dan finansial, ketersediaan rig, unplanned shutdown, minimnya integrasi infrastruktur gas, pungutan PNBP untuk kegiatan eksplorasi, dan tumpang tindih dengan wilayah hutan konservasi.
Sehingga tak salah jika target lifting tidak mencapai targetnya. Termasuk realisasinya 5.378 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), di bawah target APBN sebesar 6.160 MMSCFD dan WPnB sebesar 5.569 MMSCFD.