Dunia

Cumi-Cumi Raksasa Tertangkap Kamera Berenang di Perairan Jepang

  • Seekor cumi-cumi raksasa tertangkap kamera sedang berenang di laut lepas pantai Jepang.
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

TOKYO - Seekor cumi-cumi raksasa tertangkap kamera sedang berenang di laut lepas pantai Jepang. Yosuke Tanaka, penyelam Jepang yang menangkap citra cumi-cumi tersebut memperkirakan hewan tersebut memiliki panjang kisaran 2,5 meter.

Tanaka mengambil gambar cumi-cumi raksasa tersebut ketika dirinya ditelpon oleh nakhoda feri setempat yang mengatakan ada seekor cumi-cumi besar sedang berenang di permukaan lepas pantai Jepang.

Ketika menerima panggilan telepon tersebut, tanaka bergegas ke lokasi dan akhirnya bisa melihat mahluk laut tersebut secara langsung. Baginya, ini adalah kali pertamanya berenang bersama cumi-cumi raksasa.

Tanaka berkata dia berenang di dekat cumi-cumi itu selama sekitar setengah jam. Cumi-cumi itu berenang perlahan, katanya, tetapi berusaha menjauh darinya.

Sebagai informasi, cumi-cumi raksasa biasanya hidup di laut dalam. Jadi selama ini, keberadaannya sering hanya terlihat sebagai mayat yang terdampar di pantai atau sebagai tangkapan sampingan yang tidak disengaja di jaring ikan.

Makhluk ini diperkirakan dapat tumbuh sepanjang 12 hingga 14 meter. Menurut Smithsonian Institution, ukuran ini sangat luar biasa mengingat hewan tersebut kemungkinan hanya hidup sekitar lima tahun di alam liar.

Mengutip Live Science Selasa, 24 Januari 2023, cumi-cumi raksasa punya sifat yang sulit dipahami. Ilmuwan juga hanya memiliki sedikit informasi  yang diketahui tentang kehidupan sehari-hari atau kebiasaan kawin mereka.

Meski dalam penyelidikan terhadap isi perut mereka mengungkapkan bahwa mereka memakan ikan dan cumi-cumi lainnya, ereka juga sering ditemukan di dalam perut paus sperma. Ini menandakan bahwa cumi-cumi raksasa bukan hanya pemburu, tetapi juga diburu.

Bukan Cumi-Cumi Raksasa Pertama yang Ditemukan Hidup

Meskipun kebanyakan orang tidak akan mendapat kesempatan untuk berenang bersama cumi-cumi raksasa, pertemuan Tanaka tidak terlalu mengejutkan para ilmuwan cumi-cumi.

"Tidak biasa di tempat lain selain di mana mereka melihatnya," kata ahli zoologi dan cephalopoda di Smithsonian National Museum of Natural History di Washington DC, Michael Vecchione.

Vecchione menambahkan bahwa Laut Jepang sebetulnya merupakan tempat yang cukup umum untuk melihat cumi-cumi raksasa sepanjang tahun ini."

Sebelumnya, Ahli zoologi Jepang Tsunemi Kubodera pernah yang mengambil foto dan video cumi-cumi raksasa yang masih hidup di habitat aslinya untuk pertama kalinya. Kala itu, Ia telah mendokumentasikan cumi-cumi raksasa dalam jumlah besar antara Januari dan Maret di perairan pesisir Laut Jepang. 

Dalam makalah tahun 2016 Kubodera dan rekan-rekannya melaporkan menemukan 57 cumi-cumi raksasa hanya dalam tiga bulan, 28 di antaranya masih hidup.

Sayangnya, cumi-cumi tidak hidup dengan baik di wilayah ini saat ini. Menurut penelitian Kubodera, cumi-cumi melakukan perjalanan melalui Selat Tsushima antara Korea Selatan dan Jepang sebagai bagian dari migrasi utara-selatan yang khas. Namun, mereka yang salah migrasi saat itu terjebak oleh air dingin di kedalaman tempat mereka biasanya berenang.

"Ketika itu terjadi, mereka tidak bisa tinggal di air yang sangat dalam yang biasanya mereka tinggali. Alhasil, mereka muncul dekat ke permukaan, dan kemudian air permukaan menjadi dingin. Ketika Anda melihatnya dari dekat permukaan, mereka tidak sehat," kata Vecchione. 

Menunggu Ajal

Melihat rekaman video yang diambil oleh Tanaka, cumi-cumi raksasa yang tengah berenang diketahui memiliki bentuk kulit yang kasar.

Ahli biologi cumi-cumi,  Sarah McAnulty mengatakan bahwa ini menadakan sang mahluk laut raksasa tengah bersiap menunggu ajal.

"Anda dapat mengetahui bahwa cumi-cumi ini mendekati akhir hidupnya dengan melihat kulitnya," kata McAnulty.

Ia menambahkan, bahwa cumi-cumi raksasa yang sehat seharusnya memiliki kulit yang halus berkilau dan agak merah.

"Makhluk malang ini telah melewatinya!" tambahnya.

Sekadar informasi, meskipun cumi-cumi raksasa memiliki reputasi yang menakutkan dalam literatur seperti yang tertuang dalam buku "20.000 Leagues Under the Sea" oleh penulis Prancis Jules Verne, kemungkinan seseorang diserang oleh cumi-cumi raksasa sangat kecil.

Satu-satunya konfrontasi antara cumi-cumi dan manusia adalah ketika orang berusaha untuk menyodok cumi-cumi seperti  yang terjadi dalam insiden tahun 2017.

Kala itu, seorang peselancar menjerat cumi-cumi berusia tanggung yang sedang terluka. Cumi-cumi itu kemudian melilitkan tentakelnya di sekitar papan selancar. Meski begitu, dalam insiden yang terjadi, tidak ada manusia yang terluka.