Daftar Korporasi Global Penghasil Sampah Plastik Terbesar di Dunia
- Korporasi global menjadi salah satu pemicu tingginya sampah plastik di penjuru dunia. Hal itu merujuk penelitian Break Free From Plastic (BFFP) sepanjang tahun 2021.
Dunia
JAKARTA—Sampah plastik beberapa waktu terakhir disorot karena menjadi salah satu sumber utama pencemaran lingkungan. Hal ini karena sampah plastik butuh waktu hingga ratusan tahun untuk terurai. Indonesia sendiri mengalami peningkatan timbulan sampah plastik hingga ratusan persen dalam beberapa tahun terakhir.
Korporasi global menjadi salah satu pemicu tingginya sampah plastik di penjuru dunia. Hal itu merujuk penelitian Break Free From Plastic (BFFP) sepanjang tahun 2021. BFFP melakukan audit atas 330.493 sampah plastik di 42 negara dengan bantuan 11.184 sukarelawan. Sebanyak 58-63% sampah plastik yang ditemukan masih memiliki jenama (merek) perusahaan yang jelas.
Menurut laporan tersebut, Coca-Cola adalah perusahaan global yang menyumbang sampah plastik terbesar di dunia tahun 2021. Tercatat ada 19.826 sampah plastik bermerek Coca-Cola tersebar di 39 negara. Pepsico menyusul di peringkat kedua dengan 8.231 sampah plastik di 35 negara. Kedua korporasi ini tercatat sebagai pencemar plastik terbesar selama empat tahun beruntun.
Adapun sampah plastik dari Unilever dan Nestle ditemukan di 30 negara dengan volume masing-masing sebanyak 6.079 produk dan 4.149 produk. Unilever sendiri sejak tahun 2018 masuk tiga besar pencemar plastik secara global. Hal ini ironis mengingat perusahaan tersebut menjadi salah satu sponsor utama KTT COP26 di Glasgow, akhir 2021.
- Ini Hobi Seru yang Juga Baik untuk Kesehatan Mental
- Uji Coba Neuralink Ke Otak Manusia Ditolak FDA
- Ma'ruf Amin Serahkan Bantuan Pertamina untuk Warga Pengungsi Kebakaran Plumpang
Selain keempat perusahaan itu, ada Danone, Mondelez, Procter&Gamble, dan Philip Morris yang masuk delapan besar penghasil sampah tertinggi di dunia.
“Sejumlah perusahaan itu mengklaim tengah menangani krisis plastik. Namun mereka terus berinvestasi dalam solusi palsu sambil bekerja sama dengan perusahaan minyak untuk memproduksi lebih banyak plastik,” ujar Koordinator Regional Kampanye Plastik Greenpeace Asia Tenggara, Abigail Aguilar, dalam laporannya dikutip TrenAsia, Senin 6 Maret 2023.
Kondisi korporasi di Indonesia pun tak jauh lebih baik. Merujuk laporan Aliansi Zero Waste Indonesia, baru ada sekitar 40 korporasi yang menyusun peta jalan pengurangan sampah. Sebagian besar produsen masih mengabaikan regulasi Permen LHK 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Padahal, peran setiap stakeholder penting untuk menekan konsumsi plastik sekali pakai.
Break Free From Plastic mendesak perusahaan lebih bertanggungjawa atas potensi pencemaran plastik dan efek gas rumah kaca yang dihasilkan. Salah satunya yakni mulai beralih ke sistem produk isi dan pakai ulang. Upaya “Zero Waste, Zero Emission” sulit direalisasikan jika peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis rumah tangga tak dibarengi peran serta korporasi dan pemerintah.