<p>Indonews.id</p>
Industri

Dahsyat, Petani Asal Garut Ini Kini Beromzet Rp1 Miliar Perbulan

  • GARUT – Menjadi petani bagi sebagian orang terdengar kurang menjanjikan di era sekarang ini. Sektor pertanian dianggap kurang menguntungkan terutama dengan adanya fakta para petani memiliki taraf kehidupan jauh dari sejahtera. Namun hal itu tidak berlaku bagi …

Industri
Acep Saepudin

Acep Saepudin

Author

GARUT – Menjadi petani bagi sebagian orang terdengar kurang menjanjikan di era sekarang ini. Sektor pertanian dianggap kurang menguntungkan terutama dengan adanya fakta para petani memiliki taraf kehidupan jauh dari sejahtera. Namun hal itu tidak berlaku bagi Muhammad Khudori, petani muda asal Garut, Jawa Barat.

Khudori merupakan sosok petani muda yang gigih dalam mengembangkan usaha pembibitan benih kentang. Usahanya tersebut kini berkembang menjadi sebuah perusahaan bernama PT Horti Agro Makro (HAM).

Perusahaan rintisan Khudori ini telah menghasilkan varietas benih sampai dengan produk olahan yang dikembangkan dari hulu sampai hilir. Karena itulah, perusahaannya kini memiliki omzet hingga Rp 1 miliar per bulan.

Khudori menyebutkan, perusahaannya mempunyai tujuan utama dalam pengembangan industri benih, perkebunan kentang (inti), kemitraan kebun kentang (plasma), sampai pengolahan hasil melalui Pabrik kentang.

“Sejak berdiri pada 2010, HAM dimulai dengan pembibitan benih kentang berkualitas, dan melakukan pembinaan ke petani kentang. Tujuan akhirnya adalah untuk bahan baku industri kripik kentang. Bahkan sebagai tempat rujukan perbenihan kentang di Indonesia dan sekarang sebagai pusat pelatihan (P4S),” terang Khudori.

Khudori mengatakan bahwa ia juga membina ratusan anak-anak muda di bidang pertanian. Di mana nantinya mereka akan dicetak menjadi petani muda milenial. “Semuanya berjumlah 200an orang anak-anak muda yang saya bina. Mereka akan menjadi petani pengusaha milenial,” ujarnya dikutip dari Okezone, Senin (20/1).

Khudori menyebutkan setidaknya terdapat enam aspek sebagai strategi yang diterapkan dalam perencanaan agroindustri. Salah satunya adalah aspek produksi yang mempertimbangkan ketersediaan bahan baku terutama dari kuantitas, kualitas dan kontinyuitas. Selain itu juga aspek pasar, aspek distribusi, teknologi, manajerial dan sosial.

“Aspek pasar harus mampu menyesuaikan dengan permintaan pasar yang berkembang secara dinamis sedang aspek distribusi, memperhitungkan perkembangan pesaing atau produk substitusinya,” katanya.

Sedangkan aspek teknologi berarti harus mengikuti perkembangan teknologi yang lebih efisien dan aspek manajerial dengan menggunakan sumberdaya manusia yang mampu menjalankan manajemen agroindustri secara efisien. “Aspek sosial adalah mempertimbangkan pendayagunaan masyarakat serta sarana transfer teknologi,” tambahnya.

Inspirasi Bagi Kaum Muda

Sosok Muhammad Khudori patut dijadikan inspirasi terutama bagi kaum muda. Apalagi generasi muda masa kini memiliki minat yang rendah terhadap sektor pertanian.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan jumlah angkatan kerja pertanian, yaitu 34.0 persen pada 2014, 31.9 persen pada 2017, dan 29.5 persen pada 2019. Berdasarkan pendidikannya, pada 2016-2019 tenaga kerja pertanian didominasi oleh SD ke bawah. Petani yang tamat Perguruan Tinggi (PT) tidak lebih dari 2 persen.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah melakukan upaya strategis, di antaranya dengan menumbuhkan Wirausahawan Muda Pertanian. Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) dipandang sebagai strategi membangun minat dan perilaku generasi muda terdidik untuk berwirausaha di bidang pertanian.