Dalam 19 Bulan Terakhir, Investasi Pemodal Asal Taiwan di Mayapada (MAYA) Tergerus hingga Rp9,5 Triliun
- Investasi tersebut berasal dari JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd, perusahaan asuransi yang berbasis di Taipei, Taiwan.
Korporasi
JAKARTA - Dalam 19 bulan terakhir, nilai investasi pemodal asal Taiwan di PT Bank Mayapada (MAYA) sudah tergerus hingga Rp9,5 triliun.
Investasi tersebut berasal dari JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd, perusahaan asuransi yang berbasis di Taipei, Taiwan.
Per 4 Januari 2021, yakni pada hari perdagangan pertama di tahun tersebut, harga saham Mayapada tercatat sebesar Rp4.610 perlembar.
JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd sendiri pada saat itu menguasai 2.550.766.676 lembar saham MAYA atau setara dengan 37,33% kepemilikan.
Akan tetapi, per-11 Juli 2023, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd di Mayapada tercatat sebesar 19,38% atau setara dengan 2.293.140.876 lembar.
Untuk memperhitungkan nilai investasi JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd yang tergerus selama 19 bulan terakhir di bank milik konglomerat Dato Sri Tahir ini, maka nilai investasi yang dicatut dalam hal ini adalah 2.293.140.876 lembar saham atau 19,38% kepemilikan yang tercatat per-11 Juli 2023.
Dengan memperhitungkan harga saham MAYA di angka Rp4.610 perlembar pada penutupan perdagangan 4 Januari 2021, maka nilai investasi JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd tercatat sebesar Rp10,57 triliun.
Kemudian, jika memperhitungkan nilai investasi dengan mengacu kepada harga saham MAYA di angka Rp466 perlembar pada penutupan perdagangan Selasa, 11 Juli 2023, maka nilai investasi JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd di Mayapada hanya tersisa Rp1,06 triliun.
Dengan kata lain, dalam kurun waktu 19 bulan terakhir atau sejak 4 Januari 2021 hingga 11 Juli 2023, nilai investasi JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd sudah tergerus hingga Rp9,5 triliun atau anjlok hingga 89%.
- Australia Sepakat Ekspor 60 Ribu Lithium ke Indonesia
- Ant Group Milik Jack Ma Kembali Didenda Rp15 Triliun
- Sumber Kekayaan Hartono Bersaudara, Dua Orang Terkaya Indonesia 2023
JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd Melepas Kepemilikan di Mayapada Secara Berangsur
JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd secara berangsur-angsur melepas kepemilikan sahamnya di Mayapada sejak tahun 2021.
Mengutip laporan bulanan registrasi pemegang efek yang dirilis melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd sudah terhitung memangkas kepemilikannya di Mayapada sebanyak 15 kali.
Per-31 Maret 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd berkurang dari yang tadinya 37,33% menjadi 21,56%.
Kemudian, per-30 April 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd berkurang lagi menjadi 21,54%, dan per-31 Mei 2021 menjadi 21,52%.
Pada 31 Juli 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd di Mayapada terpantau berkurang lagi menjadi 21,41%, dan menjadi 21,13% per-31 Agustus 2021.
Selanjutnya, pada laporan bulanan registrasi pemegang efek yang dirilis pada 30 September 2021, JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd memiliki 20,77% kepemilikan, dan berkurang lagi menjadi 20,39% pada 31 Oktober 2021.
30 November 2021, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd menjadi 20,27%, dan berkurang lagi ke angka 20,2% pada 31 Desember 2021.
Pemangkasan kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd di Mayapada terus berlanjut hingga tahun 2022, yang mana pada 31 Januari 2022, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd berkurang lagi menjadi 20,12%.
Selanjutnya, per-28 Februari 2022, kepemilikan JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd menjadi 20%, dan per-31 Maret 2022, porsi tersebut berkurang lagi menjadi 20%.
Pada laporan 30 September 2022, persentase kepemilikan berkurang lagi menjadi 19,98% dan menyusut lagi menjadi 19,95% per-31 Oktober 2022. Terakhir, JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd tercatat memangkas kepemilikannya menjadi 19,38% pada laporan 30 November 2022.
Dalam kanal keterbukaan informasi di situs resmi BEI, Mayapada tidak pernah mencantumkan informasi mengenai transaksi lego saham yang dilakukan oleh JPMCB Na Re-Cathay Life Insurance Co Ltd sehingga tidak diketahui berapa besaran nilai transaksi dari setiap pemangkasan kepemilikan yang dipaparkan di atas.
- Canggih! WhatsApp Akan Mudahkan Pengguna Kirim Video HD
- 7 Kebiasaan yang Dimiliki Oleh Orang Sukses, Tertarik Melakukannya?
- 3 Langkah Toyota Motor Manufacturing Indonesia Terapkan ESG dalam Aspek Lingkungan
Kinerja Keuangan Terus Menurun, Harga Saham MAYA Semakin Anjlok
Harga saham MAYA pun terpantau semakin anjlok seiring dengan kinerja keuangan perseroan yang terus mengalami penurunan selama beberapa waktu terakhir.
Menurut informasi performa harga pada platform RTI Business yang diakses pada 11 Juli 2023 setelah penutupan perdagangan bursa, harga saham MAYA telah terpantau menyusut 1,72% dalam seminggu terakhir dan 3,72% dalam sebulan ke belakang.
Kemudian, harga saham MAYA telah melemah 4,12% dalam tiga bulan ke belakang, dan 13,7% dalam enam bulan terakhir.
Secara year-to-date (ytd) atau sejak awal tahun 2023, harga saham MAYA terpantau telah merosot hingga 10,38%. Secara tahunan, saham MAYA pun memerah hingga 18,96%.
Sebenarnya, secara pendapatan dalam hitungan lima tahun terakhir, perseroan mencatat pertumbuhan kumulatif hingga 26,7%. Secara rinci, pendapatan Mayapada pada tahun 2018 dan 2019 bertumbuh masing-masing 15,14% year-on-year (yoy) dan 10,87% yoy.
Pada tahun 2020 yang bertepatan dengan awal pandemi di dalam negeri, pendapatan Mayapada merosot hingga 40,4% yoy. Namun, pendapatan perseroan kembali tumbuh 19,08% pada 2021 dan meningkat lagi 22,01% pada tahun 2022.
Kendati demikian, jika berbicara tentang laba bersih, angkanya terus mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir dengan hitungan kumulatif sebesar 263%.
Secara terperinci, laba bersih Mayapada anjlok hingga 35,24% yoy pada 2018, 38,53% yoy pada 2019, dan 87,85% pada 2020.
Kemudian, pada 2021, laba bersih Mayapada tercatat anjlok hingga 31,23% dan ambles lagi hingga 41,09% pada tahun 2022.
pada laporan keuangan tahun 2022, Bank Mayapada mencatatkan laba bersih sebesar Rp25,99 miliar, turun dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp44,12 miliar. Pada tahun 2020, laba bersih Bank Mayapada jauh lebih besar lagi, mencapai senilai Rp64,16 miliar. Artinya dalam tiga tahun laba bersih bank ini sudah turun sekitar 60%.
Sementara itu, sejumlah indikator fundamental Bank Mayapada selama periode tiga tahun ini mengalami pertumbuhan luar biasa. Misalnya, dana pihak ketiga (DPK) yang mana pada tahun 2020 baru sebesar Rp72,35 triliun, pada tahun berikutnya melonjak menjadi Rp98,72 triliun, dan berada di angka Rp103,81 triliun per 31 Desember 2022.
Dari data tersebut tercatat bahwa selama periode 2020-2022, simpanan nasabah di Bank Mayapada bertambah sebesar Rp31,45 triliun. Mayoritas simpanan pada tahun 2022 itu sekitar Rp100,81 triliun adalah deposito berjangka.
Sejalan dengan peningkatan simpanan, pada tahun 2022 kredit yang disalurkan Bank Mayapada melonjak hingga Rp94,52 triliun, naik daripada tahun 2021 sebesar Rp70,91 triliun. Yang menarik, selama fase pandemi COVID-19 kredit yang disalurkan oleh Bank Mayapada justru mengalir deras.
Ini bisa dilihat dari perbandingan kredit tahun 2020 yaitu sebesar Rp56,29 triliun, dengan kredit tahun 2022 senilai Rp94,52 triliun. Berarti selama masa pandemi tiga tahun itu, di mana ekonomi nasional sedang mengalami tekanan hebat, Bank Mayapada justru menggelontorkan tambahan kreditnya sebesar Rp38,23 triliun.
Laporan keuangan Bank Mayapada juga mengungkap sebuah fakta menarik lainnya. Sepanjang tahun 2022, arus kas dari aktivitas operasi bank ini masih mengalami negatif Rp953,81 miliar, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang juga minus Rp2,82 triliun.
Secara bisnis, kinerja Bank Mayapada banyak tertekan oleh beban bunga dan biaya operasional lainnya. Pada tahun 2022, dengan pendapatan bunga senilai Rp7,71 triliun, bank harus membayar bunga sebesar Rp5,89 triliun. Adapun beban operasional lainnya mencapai Rp1,89 triliun. Tingginya beban operasional lainnya ini tidak sebanding dengan pendapatan operasional lainnya yang hanya Rp80,69 miliar.
Inilah yang kemudian membuat bank dengan aset produktif mencapai Rp118,30 triliun tersebut menutup tahun 2022 dengan laba “hanya” Rp25,99 miliar atau 0,00019% dari total aset.