Industri

Dalam Tiga Bulan, Pencadangan Kredit BRI Naik Rp18,5 Triliun

  • Bank Rakyat Indonesia (BRI) tampaknya sangat konservatif menghadapi risiko pandemi COVID-19. Salah satu indikatornya, nilai pencadangan kredit bank terbesar di Indonesia itu selama kuartal I-2020 melonjak Rp18,5 triliun dibandingkan Desember 2019. Data Laporan Keuangan yang dipublikasikan BRI di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, nilai pencadangan kredit perseroan di kuartal I-2020 mencapai Rp56,86 triliun. Sementara pada […]

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

Bank Rakyat Indonesia (BRI) tampaknya sangat konservatif menghadapi risiko pandemi COVID-19. Salah satu indikatornya, nilai pencadangan kredit bank terbesar di Indonesia itu selama kuartal I-2020 melonjak Rp18,5 triliun dibandingkan Desember 2019.

Data Laporan Keuangan yang dipublikasikan BRI di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, nilai pencadangan kredit perseroan di kuartal I-2020 mencapai Rp56,86 triliun. Sementara pada Desember tahun 2019 nilai pencadangan kredit sebesar Rp38,36 triliun.

Laporan itu juga mengungkapkan kredit individual memberikan kontribusi besar atas kenaikan angka pencadangan tersebut. Di akhir tahun lalu, pencadangan kredit individual baru sekitar Rp16,8 triliun. Memasuki akhir Maret 2020 nilainya melonjak hingga Rp23,4 triliun.

Lompatan risiko kredit kolektif lebih tinggi lagi. Sampai akhir Maret 2020 nilai pencadangan BRI untuk kredit kolektif ini mencapai Rp33,44 triliun, melesat Rp11,94 triliun dibandingkan Desember 2019 sebesar Rp21,5 triliun.

Lonjakan pencadangan juga dilakukan BRI atas nilai wesel ekspor dan tagihan lainnya. Perseroan menyampaikan telah mengalokasikan dana sebesar Rp2,9 triliun untuk pencadangan aset keuangan yang baru diterbitkan atau dibeli. Sebagai perbandingan, diakhir Desember 2019 nilai pencadangan dari pos ini hanya Rp132,24 miliar.

Memburuknya risiko kredit juga telah berimbas pada Non Performing Loan (NPL) perseroan. Secara konsolidasi NPL BRI naik menjadi 3%. Meski begitu, Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan NPL BRI masih jauh di bawah batas maksimal NPL yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 5%.

“BRI mampu tetap tumbuh melalui selective growth dan prudent dalam menyalurkan fasilitas pinjaman,” ungkap Sunarso melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 14 Mei 2020.

Akibat iklim bisnis yang kurang bersahabat, selama kuartal I-2020 laba bersih BRI praktis tak berbeda dibandingkan kuartal terakhir tahun lalu yaitu sekitar Rp8,16 triliun. Dampak lainnya adalah aset BRI yang juga berkurang cukup besar. Dibandingkan kuartal terakhir 2019 sebesar Rp1.416,75 triliun, aset konsolidasi BRI di kuartal I-2020 menjadi Rp1.358,97 triliun atau mengempis hingga Rp57,78 triliun.

Penurunan ini juga sejalan dengan luruhnya dana kas perseroan dari Rp30,21 triliun di kuartal IV-2019 menjadi Rp20,88 triliun akhir Maret lalu. Sementara penempatan di Bank Indonesia dan bank lain pihak ketiga juga terjun bebas dari Rp114,78 triliun di Desember 2019 menjadi Rp53,84 triliun akhir kuartal I-2020.