PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
Korporasi

Dalang di Balik KAEF Tunda IPO Kimia Farma Apotek

  • Beban usaha KAEF sepanjang 2023 juga naik 35,53% secara tahunan menjadi Rp4,66 triliun. Kenaikan ini disebabkan oleh KFA, yang mana pada tahun sebelumnya tidak terlihat di dalam laporan keuangan.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Kimia Farma Tbk (KAEF), sebuah BUMN di sektor farmasi, menunda rencana penawaran umum perdana (IPO) anak perusahaannya, PT Kimia Farma Apotek (KFA), karena adanya dugaan pelanggaran dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.

Direktur Utama Kimia Farma, David Utama, mengungkapkan bahwa manajemen KAEF menemukan dugaan pelanggaran integritas dalam penyediaan data laporan keuangan anak usahanya, KFA, untuk periode 2021-2022, yang mengabitkan kerugian bagi emiten bersandikan KAEF. 

"Untuk di Kimia Farma Apotek yang sekarang ada pembenahan karena ada integritas penyampaian data laporan keuangan, menurut saya fokusnya belum jadi IPO,” ujar David melalui keterangannya dari Jakarta pada Senin, 3 Juni 2024. 

David bilang bersama dengan Kementerian BUMN dan PT Bio Farma (Persero), yang merupakan Holding BUMN Farmasi, KAEF bekerja sama dengan para pemegang saham untuk melaksanakan "bersih-bersih" di internal KFA.

“Saat ini Manajemen KAEF tengah menelusuri lebih lanjut atas dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen. Adanya faktor-faktor di atas mengakibatkan kerugian KAEF secara konsolidasi sepanjang 2023 mencapai Rp1,82 triliun," tuturnya.

Asal tahu saja, rencana KAEF membawa KFA ke lantai pasar modal mencuat sejak tahun 2021 lalu. Hal ini terjadi sesaat setelah holding BUMN farmasi terbentuk. KFA sendiri adalah anak usaha Kimia Farma yang bergerak di sektor kesehatan yang terintegrasi meliputi apotek, klinik kesehatan, dan laboratorium klinik serta optik. 

Berdasarkan informasi di laman resmi kimiafarma.co.id, komposisi pemegang saham KFA terbsesar yaitu PT Kimia Farma Tbk sebesar 59,99%, disusul PT Akar Investasi Indonesia 20%, CIZJ Limited 20% dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Kimia Farma (YKKKF) 0,01%.

David mengungkapkan bahwa hingga saat ini, Kimia Farma memiliki sekitar 1.245 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Sepanjang 2023 saja, perusahaan ini juga melakukan ekspansi dengan menambah 100 apotek baru. 

Beban Usaha Melesat

Namun, sepanjang 2023, KFA memberikan kontribusi yang signifikan terhadap beban usaha KAEF secara konsolidasian. Menurut laporan keuanganbya, KAEF mencatatkan beban pokok penjualan sebesar Rp6,86 triliun, meningkat 25,83% dari tahun 2022 yang sebesar Rp5,45 triliun. 

Sementara itu, beban usaha sepanjang 2023 juga naik 35,53% secara tahunan menjadi Rp4,66 triliun dibandingkan dengan Rp3,44 triliun pada tahun 2022. Perlu dicatat, kenaikan beban usaha KAEF disebabkan oleh KFA, yang mana pada tahun sebelumnya tidak terlihat di dalam laporan keuangan.

Selain itu, beban keuangan sepanjang 2023 juga meningkat 18,49% secara tahunan menjadi Rp622,82 miliar. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan modal kerja perusahaan dan kenaikan suku bunga.

David menambahkan bahwa ke depannya, perusahaan akan melakukan restrukturisasi keuangan untuk meringankan beban keuangan. "Fokus kami adalah memperbaiki fundamental, karena situasi saat ini membuat kami sulit melangkah. Oleh karena itu, ide IPO akan kami pertimbangkan sampai kami benar-benar siap," kata David.

Perlu diketahui, penjualan KAEF sepanjang tahun 2023 sebenarnya mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022. KAEF mencatatkan penjualan sebesar Rp9,96 triliun pada tahun 2023, naik 7,93% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp9,23 triliun. 

Namun, karena beban perusahaan yang membengkak, laba bruto KAEF tergerus 17,91% menjadi Rp3,1 triliun. Akibatnya, KAEF mencatatkan kenaikan rugi bersih menjadi Rp1,48 triliun pada tahun 2023, naik dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp190,47 miliar.