donald trump.jpg
Nasional

Dampak Kemenangan Trump bagi Ekonomi Indonesia

  • Jika ketegangan AS-China kembali meningkat, ekonomi China mungkin akan melambat, yang pada gilirannya bisa berdampak negatif pada permintaan komoditas Indonesia.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) menimbulkan beragam spekulasi tentang dampak yang akan dirasakan oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. 

Kebijakan proteksionis dan ketegangan perdagangan yang mungkin kembali memanas antara AS dan China dapat menciptakan ketidakpastian bagi ekonomi global, mengingat besarnya peran AS dalam rantai pasok dunia. 

Dampak-dampak potensial ini memunculkan sejumlah tantangan sekaligus peluang bagi ekonomi Indonesia. Dikutip dari laman resmi Universitas Muhammadiyah Kamis, 7 November 2024, berikut sederet dampak ekonomi yang mungkin terjadi saat Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden.

Potensi Ketegangan Perang Dagang AS-China

Dengan Trump kembali menjabat, ketegangan dagang antara AS dan China kemungkinan akan kembali meningkat. Bagi Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, ini bisa berarti gangguan dalam perdagangan dan investasi.

Ketidakpastian hubungan AS-China mungkin menciptakan situasi yang tidak stabil bagi perusahaan yang bergantung pada rantai pasok global, termasuk yang memasok bahan baku dari Asia Tenggara.

“Jika Trump benar-benar kembali melanjutkan pendekatan proteksionis terhadap China, Indonesia harus siap menghadapi berbagai dampaknya, terutama pada sektor ekspor komoditas,” ujar Pengamat Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar, Abdul Muttalib Hamid.

Ancaman Stabilitas Ekonomi Global

Abdul Muttalib, menyatakan bahwa kebijakan proteksionis Trump, terutama terhadap China, berpotensi mengguncang stabilitas ekonomi global. Hal ini bisa berdampak buruk pada ekspor Indonesia yang selama ini cukup bergantung pada pasar global. Pasar ekspor Indonesia, termasuk minyak sawit dan batu bara, mungkin terdampak oleh ketidakpastian kebijakan luar negeri AS.

Risiko Penurunan Ekspor Komoditas

Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup besar pada China sebagai tujuan ekspor utama untuk komoditas seperti nikel, minyak sawit, dan batu bara. 

Jika ketegangan AS-China kembali meningkat, ekonomi China mungkin akan melambat, yang pada gilirannya bisa berdampak negatif pada permintaan komoditas Indonesia. 

Risiko ini menjadi semakin nyata karena perlambatan ekonomi China dapat langsung berimbas pada harga komoditas Indonesia di pasar internasional.

“China memiliki daya beli besar, dan jika daya beli itu menurun, otomatis ekspor kita, terutama di sektor pertanian dan hasil bumi lainnya, akan terpengaruh. Ini akan berdampak pada petani dan pendapatan negara secara keseluruhan,” ujar Abdul.

Dampak terhadap Nikel dan Minyak Sawit

Sektor nikel, yang banyak diekspor ke China untuk kebutuhan industri baterai, serta sektor minyak sawit Indonesia, berpotensi mengalami penurunan permintaan jika ekonomi China melemah. 

Fluktuasi harga dan penurunan permintaan ini bisa berdampak negatif pada sektor ekspor komoditas Indonesia, mengingat kontribusi kedua komoditas ini yang signifikan terhadap ekonomi nasional.

Momentum Diversifikasi Pasar Ekspor

Ketegangan perdagangan ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada China dan mulai menggarap pasar baru. Asia Selatan, Afrika, dan Amerika Latin dapat menjadi alternatif yang menarik bagi Indonesia untuk diversifikasi ekspor. 

Diversifikasi pasar ekspor penting agar Indonesia tidak terlalu rentan terhadap perubahan ekonomi di satu negara tertentu, seperti China.

Peluang Kerja Sama dengan AS dan Sekutunya

Jika AS memutuskan untuk memindahkan rantai pasoknya dari China, Indonesia bisa memanfaatkan peluang ini dengan memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan AS serta sekutu-sekutunya. 

Keterlibatan dalam rantai pasok baru AS bisa mendatangkan keuntungan besar bagi Indonesia, terutama jika produk manufaktur dan teknologi AS dapat diproduksi di Asia Tenggara.

Volatilitas di Pasar Keuangan

Kebijakan proteksionis yang mungkin diambil oleh Trump diprediksi akan meningkatkan volatilitas atau tingkat fluktuasi harga  di pasar keuangan global. 

Dampaknya, investor akan cenderung berhati-hati, yang berpotensi memengaruhi nilai tukar rupiah dan kondisi pasar modal Indonesia. Ketidakpastian ini membuat para investor lebih mungkin mengalihkan aset mereka ke instrumen investasi yang lebih aman, seperti dolar AS, yang dapat melemahkan rupiah.

Menghadapi ketidakpastian ini, pemerintah Indonesia harus fokus menjaga stabilitas ekonomi domestik agar dapat bertahan dalam situasi global yang berubah. 

“Kita harus waspada terhadap potensi gejolak di pasar finansial. Bank Indonesia dan otoritas terkait perlu bersiap-siap menghadapi volatilitas yang mungkin timbul,” tegas Abdul.

Bank Indonesia dan otoritas terkait perlu merumuskan strategi yang dapat membantu mengurangi dampak negatif dari perubahan di luar negeri. Langkah-langkah ini penting untuk memastikan ekonomi Indonesia tetap kokoh meskipun harus menghadapi ketidakpastian global.

Kemenangan Trump tidak hanya menghadirkan tantangan tetapi juga membuka peluang untuk menjalin hubungan ekonomi baru dan mendiversifikasi pasar ekspor. 

Indonesia perlu mengambil langkah proaktif, memperluas pasar baru, dan bekerja sama dengan sekutu-sekutu ekonomi lainnya. Langkah ini bisa menjadi strategi yang tepat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi Indonesia dan memperkuat posisinya di panggung global.