Ilustrasi belanja online di start up e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Blibli, dan marketplace lain. Ilustrator: Deva Satria/TrenAsia
Nasional

Membaca Dampak Kenaikan PPN terhadap Harbolnas

  • Kenaikan PPN pada April 2022 merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara guna mendukung pemulihan ekonomi pasca-pandemi COVID-19.

Nasional

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), yang biasanya berlangsung setiap tanggal 12 Desember, telah menjadi momentum yang dinanti konsumen untuk memanfaatkan berbagai diskon menarik. Namun, momen ini juga pernah terpengaruh oleh kebijakan ekonomi, seperti kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 

Salah satu periode penting dalam sejarah Harbolnas yang terkena dampak kenaikan PPN terjadi pada tahun 2022, ketika tarif PPN naik dari 10% menjadi 11%.

Latar Belakang Kenaikan PPN Tahun 2022

Kenaikan PPN pada April 2022 merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara guna mendukung pemulihan ekonomi pasca-pandemi COVID-19. 

Langkah ini dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), yang mengatur strategi reformasi pajak jangka panjang. Menurut laporan resmi Kementerian Keuangan, kebijakan ini diproyeksikan menambah pendapatan negara hingga Rp120 triliun pada 2022.

Namun, kenaikan tarif PPN ini membawa dampak signifikan terhadap sektor perdagangan, termasuk e-commerce, yang menjadi tulang punggung Harbolnas. 

Kenaikan pajak menyebabkan harga barang dan jasa yang dijual melalui platform online naik, meskipun margin keuntungan banyak pedagang sudah sangat tipis untuk bersaing dalam menawarkan diskon besar.

Dampak terhadap Penjualan Harbolnas

Harbolnas 2022, yang dilaksanakan delapan bulan setelah kenaikan PPN, menunjukkan sejumlah tren menarik berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber:

1. Penurunan Daya Beli Konsumen

Sebuah survei oleh Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan bahwa 42% konsumen merasa kenaikan PPN memengaruhi keputusan belanja mereka. Sebagian besar konsumen mengurangi pembelian barang non-esensial selama Harbolnas akibat harga yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

2. Strategi Diskon yang Terbatas

Data dari Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menyebutkan bahwa 60% pelaku usaha kecil di e-commerce menghadapi kesulitan menawarkan diskon besar di tengah kenaikan tarif PPN. Hal ini membuat mereka kurang kompetitif dibandingkan pemain besar yang memiliki fleksibilitas harga lebih baik.

3. Perubahan Pola Belanja

Menurut laporan Tokopedia, barang esensial seperti kebutuhan rumah tangga dan produk kesehatan menjadi kategori yang paling dicari selama Harbolnas 2022. Sebaliknya, minat terhadap produk non-esensial seperti barang mewah atau elektronik cenderung menurun hingga 15% dibandingkan tahun 2021.

4. Peningkatan Promosi oleh Platform E-commerce

Untuk mengimbangi dampak kenaikan PPN, platform seperti Shopee dan Lazada meningkatkan promosi dengan menawarkan voucher cashback dan diskon ongkos kirim. Shopee mencatat bahwa penggunaan promo cashback meningkat 25% dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana dilaporkan dalam survei internal perusahaan.

Respons Konsumen dan Pelaku Usaha

Kenaikan PPN tidak hanya berdampak langsung pada harga barang, tetapi juga pada psikologi konsumen. Berdasarkan survei Statista pada 2022, sebanyak 30% konsumen menyatakan bahwa mereka memilih menunda pembelian selama Harbolnas untuk barang yang tidak mendesak.

Di sisi lain, pelaku usaha mencoba mengatasi tantangan ini dengan berbagai cara. Beberapa UMKM menyerap sebagian kenaikan pajak untuk menjaga daya tarik harga bagi konsumen. Namun, menurut data yang dikumpulkan oleh PwC Indonesia, langkah ini menekan margin keuntungan hingga 7% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Harbolnas di Tahun-Tahun Berikutnya

Setelah kenaikan PPN pada 2022, pola belanja pada Harbolnas di tahun-tahun berikutnya mencerminkan adaptasi terhadap kebijakan ekonomi yang lebih ketat. 

Data dari NielsenIQ pada 2023 menunjukkan konsumen lebih cerdas dalam membandingkan harga, mencari promo, atau menggunakan metode pembayaran yang memberikan insentif tambahan.

Sementara itu, pelaku usaha dan platform e-commerce semakin kreatif dalam memberikan nilai tambah, seperti pengalaman belanja yang lebih personal, layanan pelanggan yang lebih baik, dan pengiriman yang lebih cepat.