Nampak karwayan tengah berbincang dengan konsumen di salah satu showroom mobil bekas yg dikelola platform Belanja Mobil di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara. Rabu 8 Februari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Perbankan

Dampak Kenaikan Suku Bunga Perbankan terhadap Penjualan Otomotif

  • Saat ini, daya beli masyarakat sedang menurun akibat kenaikan suku bunga yang berdampak pada pengurangan uang beredar serta kenaikan harga.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan bahwa kondisi industri otomotif yang saat ini kurang menguntungkan dapat memperbaikinya sendiri menjelang akhir tahun 2024. 

Hal ini sejalan dengan potensi meningkatnya daya beli masyarakat serta penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Christopher Rusli, seorang Analis Riset dari Mirae Asset mengatakan, pemulihan diharapkan terjadi menjelang akhir tahun berkat kemungkinan penurunan suku bunga acuan. 

Dia menyoroti bahwa saat ini, daya beli masyarakat sedang menurun akibat kenaikan suku bunga yang berdampak pada pengurangan uang beredar serta kenaikan harga. 

Penurunan daya beli ini tercermin dari penjualan mobil baru yang turun lebih dari 23% menjadi sekitar 215.000 unit kendaraan pada kuartal pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kami berharap ada pemulihan di akhir tahun seiring potensi turunnya suku bunga acuan,” kata Christopher melalui keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, dikutip Rabu, 8 Mei 2024.

Dengan asumsi bahwa suku bunga The Fed di Amerika Serikat akan turun pada bulan September, diikuti oleh penurunan suku bunga acuan BI rate dua kali pada kuartal IV/2024 selama nilai tukar rupiah stabil, Christopher optimis bahwa daya beli masyarakat dan penjualan kendaraan akan meningkat menjelang akhir tahun.

Baca Juga: Di Tengah Kenaikan Suku Bunga, Bank Mega Syariah Bidik Pembiayaan KPR Tumbuh 50 Persen

Namun demikian, meskipun ada potensi perbaikan pada kuartal IV-2024, Christopher memprediksi bahwa kinerja industri otomotif sepanjang tahun 2024 tidak akan sebaik tahun sebelumnya. 

Salah satu indikatornya adalah penjualan mobil baru yang diproyeksikan hanya mencapai 900.000 unit, di bawah prediksi pasar sebesar 1,1 juta unit.

Abyan Habib Yuntoharjo, seorang Analis Riset dari Mirae Asset, menambahkan bahwa meskipun penjualan mobil baru mengalami penurunan, industri mobil bekas masih terus tumbuh. 

Hal ini tercermin dari pertumbuhan stabil pembiayaan otomotif di atas 10%, meskipun penjualan kendaraan, terutama mobil penumpang baru, menurun sejak akhir 2023 hingga awal tahun ini.

Menurut Abyan, industri jual-beli mobil bekas tetap relevan karena sebagian besar kendaraan baru akan dijual kembali di pasaran. 

Dia juga menekankan bahwa ekosistem dari pelaku industri mobil bekas dapat mendukung kinerjanya. Semakin lengkap layanan yang ditawarkan oleh suatu perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan tersebut.

“Ekosistem dari masing-masing pelaku industri mobil bekas juga dapat mendukung kinerjanya, sehingga semakin lengkap layanan dari satu perusahaan maka akan mendukung kinerja perusahaan tersebut,” papar Abyan.

Dalam konteks ini, walaupun kondisi industri otomotif saat ini menantang, terdapat optimisme bahwa perbaikan dapat terjadi menjelang akhir tahun 2024. 

Dengan adanya potensi penurunan suku bunga acuan dan meningkatnya daya beli masyarakat, diharapkan industri otomotif dapat pulih secara bertahap. 

Sementara itu, pertumbuhan industri mobil bekas menjadi indikasi bahwa pasar otomotif memiliki ketahanan yang cukup untuk menghadapi tantangan saat ini.