Dampak Krisis Properti di China Disebut Akan Meluas ke Wilayah Lain di Asia
- Krisis properti di China akan meluas ke wilayah lain di Asia. Peringatan di disampaikan oleh sebuah badan pengawasan makro ekonomi regional. Mereka juga memperkirakan bahwa perekonomian China akan tumbuh pada tingkat yang lebih rendah dari perkiraan tiga bulan lalu.
Properti
JAKARTA - Krisis properti di China akan meluas ke wilayah lain di Asia. Peringatan di disampaikan oleh sebuah badan pengawasan makro ekonomi regional. Mereka juga memperkirakan bahwa perekonomian China akan tumbuh pada tingkat yang lebih rendah dari perkiraan tiga bulan lalu.
Dikutip TrenAsia.com dari laman South Morning China Post, pertumbuhan negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini diperkiraan menjadi 5%. Angka ini turun sebesar 0,5% dari 5,5% menurut perkiraan di bulan Juli.
Data ini disampaikan oleh AMRO (ASEAN+3 Macroeconomic Research Office yang berbasis di Singapura. AMRO mencakup 10 negara besar di Asia Tenggara ditambah China, Jepang, dan Korea Selatan.
Kepala ekonom AMRO, Hoe Ee Khor dalam konferensi pers menyebut bahwa krisis properti merupakan hambatan utama pertumbuhan China yang semakin memburuk pada kuartal kedua.
Lonjakan properti yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir ditambah utang pengembang yang terekspos membuat harga rumah di China anjlok.
- Bank Sentral Global Rancang Sistem Pemantauan Bitcoin
- Kubu Pontjo Sutowo Sesalkan Pengosongan Lahan Hotel Sultan
- Kreativitas Diperlukan untuk Kurangi Sampah
Hoe menyebut bahwa penyelesaian masalah ini memerlukan upaya yang nyata dari pengembang dan kreditor.
Prediksi dari AMRO ini sejalan dengan perkiraan bank internasional dan organisasi keuangan multilateral lainnya. Sebelum data resmi bulan Agustus menunjukan tanda-tanda pemulihan setelah publikasi pada pertengahan September, setidaknya enam lembaga telah menurunkan perkiraan pertumbuhan tahunan China tahun ini hingga di bawah target pemerintah sekitar 5%.
Sebagai perbandingan PDB China saat ini adalah sebesar US$18,1 triliun tumbuh 5,5% pada paruh pertama tahun 2023 dan 3% pada tahun lalu.
“Pasar keuangan di Asia Tenggara dan negara-negara sekitarnya juga tertekan pada kuartal ketiga karena kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi China,” kata badan penelitian tersebut dalam Pembaruan Kuartalan Outlook Ekonomi Regional ASEAN+3 yang dirilis pada hari Rabu.
Kegagalan pengembang China pada bulan Agustus “memicu kekhawatiran atas kemungkinan terjadinya krisis sistemik” di negara-negara sekitarnya, kata laporan itu.
“Jika perekonomian China melambat menjadi 4,3% pada tahun depan, ekspansi perekonomian Asia lainnya bisa turun 1,6 poin persentase karena penurunan perdagangan, investasi dan pariwisata,” tambah laporan tersebut.