<p>Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 22 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Dampak Melambatnya Inflasi AS, Nilai Kurs Rupiah Masih Berpotensi Menguat

  • Menurut data perdagangan Bloomberg, Senin, 14 November 2022, nilai kurs rupiah dibuka menguat 18 poin di posisi Rp15.477 perdolar AS.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Nilai kurs rupiah masih berpotensi untuk menguat karena dampak dari melambatnya kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS).

Menurut data perdagangan Bloomberg, Senin, 14 November 2022, nilai kurs rupiah dibuka menguat 18 poin di posisi Rp15.477 perdolar AS.

Pada perdagangan sebelumnya, yakni Jumat, 11 November 2022, nilai kurs rupiah ditutup menguat 198 poin di level Rp15.495 perdolar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih memiliki peluang untuk menguat karena potensi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk memperlambat kenaikan suku bunga.

Pasalnya, pada Kamis pekan lalu, negeri Paman Sam baru saja merilis data yang meunjukkan inflasi di level 7,7% yang mana angkanya di bawah ekspetasi 8% dan merupakan yang terendah sejak Januari 2022.

"Ada kemungkinan penguatan bisa berlanjut hari ini memanfaatkan momentum kenaikan inflasi AS yang mulai menurun yang memicu ekspetasi bahwa The Fed mulai menahan laju kenaikan suku bunga," ujar Ariston melalui pesan singkat, Senin, 14 November 2022.

Untuk diketahui, data dari CME FedWatch menunukkan bahwa saat ini 80% pelaku pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin di pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) berikutnya.

Sebelumnya, sebagian besar pelaku pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Namun, perkiraan tersebut menurun seiring dengan laju inflasi yang melambat.

Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi menguat ke arah Rp15.480 perdolar AS dengan potensi resistance di kisaran Rp15.530 perdolar AS.