Dampak Pelemahan Rupiah dan Ketatnya Likuiditas pada Perbankan Indonesia
- Pelemahan rupiah dapat memberikan dampak signifikan, terutama bagi nasabah yang terekspos oleh pergerakan mata uang asing yang berpengaruh kepada tertekannya kurs rupiah.
Perbankan
JAKARTA - Dalam situasi ekonomi yang dinamis, kondisi perbankan Indonesia tengah menjadi sorotan. Beberapa waktu terakhir, pelemahan nilai tukar rupiah serta ketatnya likuiditas menjadi isu utama yang mempengaruhi sektor ini
Fenomena ini dapat mempengaruhi nasabah dan perbankan itu sendiri, terutama dalam hal ekspansi kredit dan likuiditas.
Dampak terhadap Nasabah dan Perbankan
Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif mengatakan, pelemahan rupiah dapat memberikan dampak signifikan, terutama bagi nasabah yang terekspos oleh pergerakan mata uang asing yang berpengaruh kepada tertekannya kurs rupiah.
Ketika nilai tukar rupiah melemah, nasabah yang memiliki pinjaman dalam bentuk dolar akan merasakan beban yang lebih besar karena nilai tukar yang lebih tinggi membuat pembayaran bunga dan pokok pinjaman menjadi lebih mahal.
- Akuisisi Dua Aset BUMN Jalan Tol, Konglomerat Anthony Salim Habiskan Rp20 Triliun
- Saham PGAS Ngegas Terus, Sederet Sentimen Positif Ini jadi Bahan Bakarnya
- Pendapatan PT PAL Meroket 140 Persen jadi Rp2,23 Triliun
Namun, dari sisi perbankan, likuiditas yang ketat juga menjadi tantangan besar. Ketika likuiditas di pasar menurun, perbankan perlu membeli mata uang asing untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya.
Dalam situasi ini, bank harus beradaptasi dengan kenaikan suku bunga untuk mengkompensasi risiko dan ketidakpastian yang terjadi. Akibatnya, suku bunga pinjaman dalam mata uang asing cenderung meningkat lebih cepat.
“Ketika ada pelemahan rupiah, ya sebenarnya lebih berat ke nasabahnya, yang terekspos ke pergerakan rupiah. Tapi, kalau dari sisi likuiditas sendiri, dampaknya lebih kepada perbankan itu sendiri,” kata Maynard dalam acara “Navigating the Currency Volatility: Exploring Economic Projections and FX Investments with Bank DBS Indonesia” di Jakarta, Rabu, 3 Juli 2024.
- Baca Juga: Sejak Awal Tahun Rupiah Melemah 6,58 Persen
Ketatnya Likuiditas dan Ekspansi Kredit
Ketatnya likuiditas di perbankan juga mempengaruhi kemampuan bank untuk melakukan ekspansi kredit. Likuiditas yang terbatas berarti bank harus lebih selektif dalam menyalurkan kredit.
Mereka akan mempertimbangkan risiko yang lebih tinggi terutama pada pinjaman dalam mata uang asing. Dalam kondisi ini, ekspansi kredit bisa mengalami perlambatan karena bank cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan dana.
Selain itu, pelemahan rupiah juga berdampak pada permintaan pinjaman. Ketika rupiah melemah, pinjaman dalam dolar menjadi lebih mahal sehingga nasabah mungkin akan mengurangi permintaan pinjaman tersebut.
Hal ini tentu mempengaruhi aktivitas ekspor-impor, di mana perusahaan yang terlibat dalam kegiatan ini biasanya membutuhkan pinjaman dalam mata uang asing.
- Saham TOWR Tetap Kuat Meski Starlink Hadir di Indonesia, Target Harga Segini
- Fantastis, Kupu-Kupu Ini Terbang Non-Stop Sejauh 4.200 Km Melintasi Samudera Atlantik
- Rugi Kimia Farma (KAEF) Capai Rp102 Miliar, Liabilitas Kuartal I-2024 Naik Tipis
Adaptasi Bank terhadap Perubahan Ekonomi
Bank harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan ekonomi yang dinamis. Ketika rupiah melemah, bank harus menyesuaikan kebijakan suku bunga dan strategi likuiditas untuk mengatasi risiko yang ada.
Likuiditas yang ketat memaksa bank untuk mencari sumber dana alternatif dan mempertimbangkan berbagai strategi untuk menjaga stabilitas operasional mereka.
Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan likuiditas perbankan.
Dalam situasi ketatnya likuiditas, kebijakan yang tepat dari otoritas moneter dapat membantu mengurangi tekanan pada bank dan menjaga kestabilan sistem keuangan.