Green Taxonomy
Nasional

Dampak Perubahan Iklim (Serial 3): Penerapan ESG Butuh Regulasi Menyeluruh untuk Semua Skala Bisnis

  • Taksonomi hijau saat ini sedang menjadi sorotan bagaimana suatu aktivitas ekonomi bisa mendukung upaya perlindungan lingkungan hidup serta adaptasi terhadap perubahan iklim.
Nasional
Feby Dwi Andrian

Feby Dwi Andrian

Author

JAKARTA - Taksonomi hijau saat ini sedang menjadi sorotan bagaimana suatu aktivitas ekonomi bisa mendukung upaya perlindungan lingkungan hidup serta adaptasi terhadap perubahan iklim.

President Director Institute for Sustainability & Agility (ISA) Maria Rosaline Nindita Radyati mengungkapkan, bahwa taksonomi hijau itu sudah baik, tapi menurutnya hal tersebut masih bisa lebih didetailkan lagi.

"Taksonomi hijau itu baik, tapi menurut saya bisa lebih didetailkan lagi. Kemudian perlu juga ada insentifnya untuk perusahaan yang sudah melakukan itu," ungkap Maria saat ditemui TrenAsia di Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2022.

Maria juga menambahkan insentif yang dimaksud adalah jika sebuah perusahaan sudah melakukan taksonomi hijau, apa yang akan diberikan kepada perusahaan tersebut.

Dalam hal itu, Maria menyoroti OJK sebagai regulator yang memiliki peran strategis dan berharap OJK bisa memberikan guidance yang lebih detail.

"OJK itu penting sekali membuat guidance. Tapi perlu diingat, sekali lagi sifatnya guidance. Nanti perusahaan bisa mengkontekstualisasi, kalau dia belum mampu setinggi itu, ya bisa dari kecil-kecil dulu," lanjut Maria.

Lebih lanjut, Maria juga menegaskan jika sebuah perusahaan sudah melakukan sesuatu terkait taksonomi hijau, apa yang akan diberikan kepada perusahaan tersebut, ada insentif seperti apa.

"Jadi itulah kita harapkan perannya OJK kesitu," ungkap Maria.

Kemudian, Maria juga mengingatkan jangan hanya perusahaan besar saja yang harus diperhatikan terkait sustainability, perusahaan mikro juga harus diperhatikan.

Ia mengaku bahwa perusahaan mikro itu banyak sekali dan perlu diberi perhatian lebih serta insentif.

"You jangan mengejar perusahaan besar aja tapi yang kecil juga, hey give us some recognition dong, give us some insentif gitu lho," katanya.

Maria juga mengingatkan jika usaha mikro yang jutaan itu mendapatkan insentif untuk melakukan sustainability, akan tercipta collective action hingga efek yang sangat besar sekali.

Kemudian, Maria juga beranggapan OJK dan private sector yang besar-besar tersebut bisa memberikan sharing knowledge kepada para usaha mikro tersebut.

Menurut Maria berkolaborasi adalah sebuah action yang sangat baik agar perusahaan besar itu tidak bergerak sendiri tapi bisa mengajak usaha mikro ini.

"Karena si mikro ini kan duitnya kan kecil, tapi mungkin dia, they don't have financial capital as much as the giant company, tapi mereka punya social capital," pungkas Maria.

Ia melanjutkan bahwa social capital itu yang bisa menjadi kunci usaha mikro tersebut punya peran yang sangat penting.

Social capital yang dimaksud Maria adalah trust, network dan juga knowledge mengenai kearifan lokal yang menyatakan bahwa usaha mikro ini berada.

"Kemudian local wisdom-nya ada. Maka dari itu perusahaan besar ngga paham kaya begitu. Karena mereka ngga punya. Maka dari itu perusahaan besar dan mikro ini harus collaborate," tambah Maria.

Ia juga mengingatkan alangkah baiknya OJK bisa mempertemukan serta memfasilitasi kolaborasi antara giant companies dengan micro entrepreneur, supaya lebih aktif dan memberikan insentif yang jelas.