Dampak PHK Karyawan, Kekayaan Pemilik Shopee Menyusut Hingga Rp230 Triliun
- Platform jual beli digital, Shopee ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak terhadap sejumlah karyawannya tanpa pemberitahuan.
Nasional
Platform jual beli digital, Shopee ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak terhadap sejumlah karyawannya tanpa pemberitahuan. Sesaat setelah ada kabar PHK, karyawan yang terkena imbas langsung diminta mengembalikan aset dan diberi pesangon.
Pasca PHK yang dilakukan pada karyawan Shopee Indonesia, kekayaan pemilik induk perusahaan Shopee, SEA Group, Forest Li semakin susut. Awalnya, Li terhitung memiliki kekayaan sebesar US$22 miliar atau kisaran Rp333,33 triliun pada 2021 lalu.
Namun saat ini, Bloomberg Billionare Indeks yang dilansir dari trenasia.com jaringan Jatengaja.com mencatat kekayaan Forest Li tinggal US$6,8 miliar atau Rp103 triliun. Artinya, dalam setahun kekayaan Li menyusut hingga Rp230 triliun.
Forest Li dalam memonya yang bocor ke publik menulis bahwa saat ini perusahaan sedang berusaha bangkit, sehingga Shopee harus melakukan efisiensi dan menekan pengeluaran. Salah satunya berhubungan dengan pengurangan karyawan.
Lewat memo tersebut, Li mengatakan bahwa perusahaan menargetkan Shopee bisa berdikari dan normal kembali dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan ke depan.
SEA Group ini memulai debutnya di Bursa Efek New York pada tahun 2017. Sesaat setelah IPO, performa SEA group dengan cepat menjadi perusahaan teknologi paling berharga di Asia Tenggara dengan saham melonjak ke level tertinggi menjadi sebesar US$366,99 per saham atau kisaran Rp5,5 juta (asumsi kurs Rp15.000 per doalr AS) pada Oktober 2021.
Peningkatan performa saham didukung karena pandemi mendorong permintaan untuk game online, e-commerce dan bisnis pembayaran digital.
Sayangnya sejak saat itu, saham SEA terus merosot hingga lebih dari 60%. Penyebabnya ada beberapa faktor, mulai dari pengurangan kepemilikan oleh Tencent dan dilarangnya game Free Fire dilarang di India yang kemudian mengakibatkan kerugian bersihnya pun melebar.
Meski pendapatan grup meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar US$10 miliar pada tahun 2021, kerugian bersihnya ikut melebar menjadi US$2 miliar atau Rp30,3 triliun dari awalnya US$1,6 miliar atau Rp24,24 triliun .
Pada Maret lalu, Shopee dikabarkan menutup layanannya di India. Hal ini dilalakukan padahal kala itu Shopee India baru 6 bulan beroperasi. Mengutip laman Forbes Maret lalu , miliarder asal Singapura ini mengatakan bahwa raksasa teknologi yang merugi.
Rugi didapat setelah mengkonsolidasikan bisnis e-commerce menyusul ekspansi global yang agresif dalam beberapa tahun terakhir.
Penutupan tersebut menyusul keluarnya Shopee dari Prancis awal bulan April karena perusahaan e-commerce itu berfokus pada pertumbuhan pasar di Brasil, Asia Tenggara, dan Taiwan.
“Mengingat ketidakpastian pasar global, kami telah memutuskan untuk menutup inisiatif Shopee India tahap awal kami,” kata Sea dalam sebuah pernyataan kala itu.
Akibat insiden yamg terjadi periode ini, kekayaan Li dikaarkan mengguap hingga US$6,5 mikuar atau setara Rp98 triliun.
Pada pertengahan kuartal kedua, SEA grup kembali menunjukkan pertanda ketidakstabilan. Kala itu, Sea Group dikabarkan melakukan PHK pada sejumlah karyawan di unit bisnis Garena dan usaha barunya, Sea Labs. Kebijakan ini kabarnya berdampak pada perampingan sekitar 30–40 posisi pekerjaan, seperti tim riset dan pengembangan, produk, serta quality assurance.
Shopee juga telah melakukan PHK terhadap karyawan unit bisnis ShopeePay dan ShopeeFood di regional Asia Tenggara, tidak termasuk Indonesia. Tak hanya itu, Sea Group kembali menghentikan. operasional Shopee di wilayah Amerika Selatan, seperti Argentina, Chili, Kolombia dan Meksiko pun dihentikan.
- Kenapa Pemerintah Malah Suruh Konversi Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik? Ini Penjelasannya
- Ternyata Ini Perbedaan BUMN, BLU, dan Lembaga Sui Generis
- Keren, PTPN Siap Penuhi 40 Persen Kebutuhan Minyak Goreng Nasional pada 2026
- IHSG Kamis 22 September 2022 Diprediksi Kurang Atraktif
Pada pertengahan September, Sea Group dilaporkan tidak akan menggaji para petingginya dalam beberapa waktu ke depan. Induk Shopee itu juga bakal memperketat pengeluaran perusahaan. Kebijakan ini merespons makin lesunya kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa kuartal terakhir.
“Para pimpinan telah sepakat bahwa kami tidak mengambil kompensasi tunai hingga perusahaan mencapai kecukupan. Seperti yang kita lihat, ini bukanlah badai yang berlalu dengan cepat, kondisi negatif ini mungkin akan berlangsung hingga jangka menengah,” ujar CEO Sea Group Forrest Li dalam email internal kepada karyawannya, seperti dikutip dari Bloomberg.
Kekayaan Makin Habis
Pasca PHK yang dilakukan pada karyawan Shopee Indonesia, kekayaan Forest Li semakin susut. Awalnya, Li terhitung memiliki kekayaan sebesar US$22 miliar atau kisaran Rp333,33 triliun pada 2021 lalu.
Kekayaan Li hampir sepenuhnya diperoleh dari kepemilikan sahamnya di perusahaan konsumer teknologi yang melantai di Bursa Efek New York (NYSE/Wall Street), Sea Ltd.
Menurut prospektus awal yang terbit di situs resmi US Securities and Exchange Commission (SEC) atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, sebelum melantai di bursa Li menggenggam 56,12 juta saham biasa Sea Ltd atau setara 20,7%.
Namun saat ini, Bloomberg Billionare Indeks mencatat kekayaan Forest Li tinggal US$6,8 miliar atau Rp103 triliun. Artinya, dalam setahun kekayaan Li menguap hingga Rp230 triliun. (TrenAsia.com)