Kambing sebagai hewan kurban.
Nasional

Dampak PHK, Shahibul Qurban Kelas Menengah Menurun

  • Banyaknya fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan tingginya tingkat pengangguran, telah menyebabkan pendapatan kalangan menengah-bawah mengalami stagnansi bahkan penurunan signifikan.
Nasional
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA – Jumlah kelompok masyarakat kelas menengah yang akan melaksanakan kurban pada Iduladha 2024 diprediksi menurun, meskipun jumlah orang yang berkurban pada tahun ini diperkirakan naik.

Menurut Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), jumlah orang yang melakukan kurban (shahibul qurban) diperkirakan meningkat tahun ini. Namun, jumlah orang dari kalangan menengah yang berkurban diperkirakan akan mengalami penurunan.

Lembaga tersebut memproyeksikan potensi ekonomi kurban di Indonesia tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp28,2 triliun. Hal ini berasal dari sumbangan 2,16 juta orang yang kurban.

Proyeksi tersebut menunjukkan peningkatan dibanding tahun lalu (2023) yang diperkirakan mencapai Rp24,5 triliun dari 2,08 juta orang pekurban. Artinya, terjadi peningkatan sekitar 80 ribu pekurban pada tahun 2024 ini.

“Dari 2,16 juta keluarga muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi shahibul qurban, kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing-domba sekitar 1,21 juta ekor, sedangkan sapi-kerbau sekitar 587 ribu ekor,” kata Tira Mutiara, Peneliti IDEAS dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 8 Juni 2024.

Dengan asumsi berat kambing-domba berkisar antara 20-80 kg dan berat karkas 41%, serta berat sapi-kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 57%, potensi ekonomi kurban 2024 dari sekitar 1,79 juta hewan ternak ini setara dengan 117,2 ribu ton daging.

“Walaupun secara umum mengalami kenaikan, namun jika kita melihat data masyarakat muslim yang berpotensi menjadi pekurban kambing-domba dengan bobot 20-40 kg per ekor turun sekitar 7% dari 734 ribu menjadi 709 ribu pekurban. Kelompok ini merupakan masyarakat kelas menengah,” ungkap dia.

Fenomena PHK

Menurut Tira, kondisi ekonomi saat ini, yang ditandai dengan banyaknya fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan tingginya tingkat pengangguran, telah menyebabkan pendapatan kalangan menengah-bawah mengalami stagnansi bahkan penurunan signifikan.

Dilansir dari Kemnaker, Pada periode Januari-Februari 2024, terdapat 7.694 orang tenaga kerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah terbanyak tenaga kerja ter-PHK dengan sekitar 47,45% dari total kasus yang dilaporkan.

Akibatnya, masyarakat yang mampu berkurban tahun lalu (2023) saat ini terdampak oleh fenomena tersebut dan tidak mampu lagi untuk berkurban pada tahun ini.

“Secara kontradiktif kami menemukan adanya kenaikan pekurban sapi-kerbau dengan berat sekitar 750 kg per ekor, yang rata-rata berasal dari masyarakat kelas terkaya naik sekitar 21% dari 63,9 ribu menjadi 77,6 ribu pekurban,” tutur dia.

Tira menambahkan fenomena turunnya pekurban masyarakat kelas menengah dan naiknya pekurban masyarakat kelas terkaya mengkonfirmasi kesenjangan ekonomi yang semakin ekstrem di Indonesia.