Dampak Rusia-Ukraina, Harga Komoditas Masih Fluktuatif
- Konflik geopolitik yang terjadi antara Rusia-Ukraina memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan harga komoditas. ditengah naik-turunnya eskalasi peperangan yang terjadi, sejumlah harga komoditas di pasar internaisonal pun terpantau terus berfluktuatif.
Nasional
JAKARTA – Konflik geopolitik yang terjadi antara Rusia-Ukraina memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan harga komoditas.
Ditengah naik-turunnya eskalasi peperangan yang terjadi, sejumlah harga komoditas di pasar internaisonal pun terpantau terus berfluktuatif.
Salah satunya yakni komoditas minyak mentah dunia yang dalam beberapa hari terakhir terus bergejolak. Selama terjadinya konflik geopolitk tersebut, harga minyak mentah dunia di pasar berjangka WTI bahkan sempat menyentuh level tertingginya sejak tahun 2008 di harga US$130,5 per barel pada awal bulan Maret.
Harga minyak mentah kemudian terus berfluktuasi seiring dengan naik turunnya eskalasi peperangan antara Rusia dan Ukraina. Hal itu juga terjadi pada komoditas energi yakni batu bara, harga emas hitam itu bahkan sempat mencapai level tertingginya sepanjang sejarah hingga tembus US$435 per ton.
Keadaan pasar yang bergejolak akibat konflik tersebut memberikan ketidakpastian pada harga sejumlah komoditas tersebut. Namun untuk harga batu bara, diproyeksikan dalam beberapa waktu kedepan harga tersebut akan mulai berangsur turun mengingat lonjakan yang terjadi sebelumnya sangat tajam.
“Harga komoditas baru bara akan mengalami penurunan karena memang harga kemarin sudah sangat tinggi sehingga saat ini pasar sudah mulai jenuh,” terang Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan kepada trenasia.com Rabu, 23 Maret 2022.
- Ada Hunian di Sekeliling Mall, Ini Wujud Rumah yang Diyakini Jadi Inspirasi Film 'UP'
- Direktur Independen Citra Marga Nusaphala (CMNP), Bambang Hartadi Mengundurkan Diri
- Awas, 5 Aset Kripto Ini Diprediksi Akan Bearish di Minggu ke-3 Maret
Mamit menjelaskan bahwa proyeksi penurunan harga batu bara kedepannya semakin mungkin terjadi mengingat saat ini China sudah mulai menambah produksi batu bara dalam negerinya ditengah keterbatasan suplai yang ada untuk mengurangi beban impor ditengah harga yang tinggi tersebut.
“Langkah yang dilakukan China membuat demand menjadi berkurang,” lanjut Mamit.
Sementara itu untuk komoditas minyak mentah dunia, diproyeksikan harganya dalam beberapa waktu kedepan tetap akan tinggi berada di atas level harga US$100 per barel, hal itu mengingat konflik yang terjadi tersebut membuat ketersediaan stok minyak mentah dunia terus mengalami penurunan.
“Harga minyak sepertinya akan tetap bertahan di atas US$100 per barel karena kebutuhan akan terus mengalami kenaikan ditengah suplai yang berkurang,” ujar Mamit.
Adapun hal itu terjadi mengingat negara Rusia sendiri merupakan salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia yang memiliki kemampuan rata-rata produksi hingga mencapai sekitar 11,2 juta barel per hari.
Selain itu, adanya laporan dari International Energy Agency (IEA) yang menyebutkan bahwa produksi minyak mentah dari rusia bulan depan akan mengalami penurunan hingga seperempat dari total produksi membuat harga komoditas tersebut terus terkerek dalam beberap hari terakhir.
Sementara itu, untuk harga komoditas batu bara sendiri pengamat menilai bahwa harganya akan berada pada kisaran level US$200 per ton hingga akhir tahun 2022 ini.