Dapat Perpanjangan IUPK Tambang Batu Bara, Saham Indika Energy Rontok 4,33 Persen
- Berdasarkan data RTI, saham Indika Energy atau INDY amblas sedalam 4,33% ke Rp2.430 per lembar
Korporasi
JAKARTA – Bersamaan dengan diumumkannya perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PT Kideco Jaya Agung, saham perusahaan induknya yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) tercatat melorot ke zona merah pada perdagangan sesi I, Kamis 26 Januari 2023.
Berdasarkan data RTI, saham Indika Energy atau INDY amblas sedalam 4,33% ke Rp2.430 per lembar. Alhasil, sepanjang perdagangan sesi I saham INDY betah di zona merah dengan rentang harga Rp2.420 hingga Rp2.480.
Separuh hari ini, saham INDY diperdagangkan sebanyak 14,31 juta helai dengan total transaksi Rp34,99 miliar. Melihat ke belakang, sejatinya saham INDY sudah terkoreksi 5,08% selama sepekan.
- Tekan Prevalensi Perokok Anak, 27 Komunitas Pedagang dan Rakyat Kecil Kompak Gagas Gerakan Nasional
- Ukraina Akui Kalah di Soledar, Abrams dan Leopard Pasti Menuju Medan Perang
- Bank Jatim (BJTM) Ancang-Ancang Caplok Saham Bank NTB Syariah Senilai Rp3 Triliun
- Jadi Biang Penyebaran Virus Zombie di Serial Last Of Us, Berikut Fakta Unik dan Nyeleneh Asli Kota Depok
Sedangkan dalam tiga bulan terakhir, saham perusahaan yang dipimpin oleh Arsjad Rasjid ini anjlok 25%. Tak sendirian, Bursa Efek Indonesia hari ini juga mencatat indeks sektor energy (IDXENERGY) terkoreksi sebanyak 1,54%.
Sentimen Batu Bara
Turunnya saham INDY rupanya terpengaruh oleh anjloknya harga batu bara. Menurut bursa ICE Newcastle (Australia), harga batu bara kontrak Februari 2023 turun sangat drastis 11,06% menjadi US$253.25 per ton pada penutupan perdagangan Rabu (25/1).
Penurunan harga sebesar 11% tersebut merupakan yang terdalam sejak 16 Maret 2022 atau 10 bulan terakhir. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 1 April 2022 atau dalam sembilan bulan terakhir. Pelemahan sebesar 11,06% juga menjadi yang terdalam sejak 16 Maret 2022.
Sebelumnya, PT Schroder Investment Management Indonesia memproyeksikan adanya lima risiko di pasar saham Indonesia pada tahun 2023. Investment Director Schroders Indonesia Irwanti mengatakan, tahun 2023 masih akan menjadi tahun yang solid bagi Indonesia.
Akan tetapi, Schroders memperkirakan harga komoditas, khususnya batu bara, akan mengalami normalisasi sehingga berpotensi mengurangi pendapatan emiten dalam negeri.
"Kami memperkirakan tahun 2023 masih akan menjadi tahun yang solid bagi Indonesia meskipun tidak secerah tahun 2022. Sebagai permulaan, kami memperkirakan harga komoditas akan mulai mengalami normalisasi, terutama batu bara," ujar Irwanti acara Media Gathering: Market Outlook 2023 di Jakarta, Rabu, 18 Januari 2023.