Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang.
Transportasi dan Logistik

Dapat Predikat Internasional, Dua Bandara di Jateng Justru tak Layani Penerbangan Luar Negeri

  •  Semarang, 5 Maret 2024 - Meskipun memiliki status internasional, dua bandara utama di Jawa Tengah, yaitu Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Soema

Transportasi dan Logistik

Muhammad Imam Hatami

SEMARANG - Meskipun memiliki status internasional, dua bandara utama di Jawa Tengah, yaitu Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Soemarmo Surakarta, masih belum mampu menyediakan penerbangan reguler ke luar negeri. 

Upaya pemerintah setempat untuk mendorong pengembangan penerbangan internasional belum membuahkan hasil. Sementara itu Bandara Internasional Yogyakarta masih menjadi pilihan utama wisatawan mancanegara.

"Karena memang statusnya internasional, kami sangat ingin kedua bandara tersebut digunakan untuk penerbangan internasional," ujar Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko, dilansir Antara, Selasa, 5 Mei 2024.

Data terbaru per Januari 2024 menunjukkan bahwa Bandara Semarang dan Surakarta melayani total 122.636 penumpang, termasuk 1.293 penumpang internasional yang mayoritas menuju Jeddah. 

angka ini belum mencapai tingkat yang dapat disebut fantastis. Selain itu, kenyataan bahwa penerbangan internasional masih belum terintegrasi secara optimal di kedua bandara tersebut menunjukkan adanya kendala yang perlu diatasi.

Bandara Internasional Yogyakarta, sebaliknya, terus menjadi primadona wisatawan mancanegara dengan layanan penerbangan internasional yang lebih lengkap. 

Fasilitas dan konektivitas yang baik membuat Bandara Internasional Yogyakarta menjadi pilihan utama bagi wisatawan yang datang ke Jawa Tengah.

Meskipun pemerintah Jawa Tengah telah mengambil langkah-langkah untuk memajukan status kedua bandara, yakni Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Soemarmo Surakarta, ke level internasional, belum terlihat perkembangan yang signifikan. 

Tantangan yang dihadapi tampak semakin kompleks dengan ketiadaan penerbangan reguler internasional di kedua bandara tersebut. Kegagalan ini menciptakan hambatan dalam upaya memperluas cakupan layanan dan meningkatkan daya tarik pariwisata di Jawa Tengah.

Ketidakoptimalan integrasi penerbangan internasional di Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi Soemarmo Surakarta menunjukkan perlunya evaluasi mendalam terhadap strategi yang telah diimplementasikan. 

“Mungkin diperlukan pendekatan baru, baik dalam hal regulasi maupun promosi, untuk mengatasi kendala-kendala yang mungkin muncul,” tambah Sujarwanto.

Kolaborasi yang erat antara pemerintah, maskapai penerbangan, dan stakeholder terkait perlu ditingkatkan guna menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan layanan penerbangan internasional di kedua bandara tersebut.

Bandara Adi Soemarmo Surakarta memiliki penerbangan khusus ke Arab Saudi, khususnya untuk jemaah umrah. Jumlah penumpang yang mencapai 1.057 orang menunjukkan potensi pasar yang signifikan untuk penerbangan internasional di Surakarta.

Dengan potensi pariwisata dan ekonomi yang dimiliki Jawa Tengah, pengembangan infrastruktur bandara perlu dioptimalisasi dalam mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan konektivitas global di masa depan.