Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 12 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Pasar Modal

Dari 12 Emiten IPO di Papan Akselerasi, Ada 8 yang ARB di Hari Pertama Melantai

  • Terbaru, PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ) mencatat penurunan saham sebesar 10% dari posisi Rp100 perlembar ke Rp90 perlembar saat baru saja melantai di bursa pada hari Senin, 6 Februari 2023.
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Dari 12 emiten yang tercatat di papan akselerasi, ada delapan perusahaan yang malah anjlok dan menyentuh auto rejection bawah (ARB) pada hari pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Terbaru, PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ) mencatat penurunan saham sebesar 10% dari posisi Rp100 perlembar ke Rp90 perlembar saat baru saja melantai di bursa pada hari Senin, 6 Februari 2023.

Volume saham NAYZ yang diperdagangkan pada perdagangan perdana di bursa tersebut mencapai 148,09 juta lembar dengan rata-rata harga Rp91,4 perlembar. Nilai transaksinya sendiri mencapai Rp13,71 miliar.

Tidak hanya PT Hassana Boga Sejahtera Tbk, sejumlah emiten lainnya yang tercatat di papan akselerasi pun menyentuh ARB pada hari pertama melantai di bursa dengan penurunan 10% seperti halnya NAYZ.

Selanjutnya, PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL) mencatat penurunan 10%, PT Mitra Tirta Buwana Tbk (ISAP) 10%, PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP) 9,38%.

Kemudian, PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) 8%, PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN) 10%, PT Sumber Mas Kontruksi Tbk (SMKM) 9,85%, dan PT Utama Radar Cahaya Tbk (RCCC) 9,63%.

Sementara itu, ada tiga emiten di papan akselerasi yang mencatat penguatan pada hari pertama melantai di bursa, yakni PT Indo Boga Sukses Tbk (IBOS) dan PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO) yang masing-masing mencatat pertumbuhan 10%, dan PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) 1%.

Untuk diketahui, papan akselerasi adalah papan pencatatan di BEI untuk perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah.

Papan ini sendiri digunakan untuk mendorong lebih banyak usaha kecil menengah (UKM) yang melakukan IPO sebagai bentuk penggalangan dana yang dapat dimanfaatkan untuk ekspansi.