Daya Beli Diperkirakan Pulih dengan Inflasi yang Menyusut, Sektor Perbankan Kecipratan Untung
- Beberapa sektor yang diprediksi akan mendapatkan keuntungan dari kondisi ini antara lain adalah perbankan, barang konsumsi, industri farmasi, dan telekomunikasi.
Perbankan
JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan bahwa konsumsi domestik Indonesia akan mengalami peningkatan, didorong oleh daya beli masyarakat yang membaik. Peningkatan ini terkait erat dengan inflasi yang terjaga dengan baik, yang membuka peluang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut.
Menurut Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, beberapa sektor yang diprediksi akan mendapatkan keuntungan dari kondisi ini antara lain adalah perbankan, barang konsumsi, industri farmasi, dan telekomunikasi.
"Keberhasilan dalam menahan laju inflasi berdampak positif terhadap daya beli masyarakat, terlihat dari stabilnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai angka 124,4 pada Agustus," jelas Rully dalam acara Media Day yang diadakan oleh Mirae Asset pada 17 Oktober 2024.
- Laba Perbankan Jumbo Kuartal III-2024 Diproyeksi Tumbuh 5-21 Persen
- Sektor Properti Banjir Sentimen Positif, Saham PWON dan BSDE Siap Cetak Cuan
- Ancang-ancang Saham GOTO Setelah Capai Breakeven EBITDA Disesuaikan
Perbaikan Konsumsi Didukung Kenaikan Penjualan Ritel
Rully juga menambahkan bahwa kenaikan indeks penjualan ritel yang tumbuh 5,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan yang sama memperkuat keyakinan akan keberlanjutan tren konsumsi masyarakat. Menurutnya, kebijakan moneter mulai melonggar pada September lalu, yang ditandai dengan penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 basis poin.
Meski demikian, Bank Indonesia (BI) masih mempertimbangkan potensi volatilitas pasar. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terbaru, BI memutuskan untuk menahan suku bunga. Namun, dengan asumsi bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat dalam jangka menengah, Rully menilai masih ada peluang penurunan suku bunga lebih lanjut.
"Dengan penurunan suku bunga, biaya pinjaman akan lebih rendah, yang pada akhirnya memicu belanja konsumen dan investasi. Momentum perbaikan ekonomi domestik serta kebijakan moneter yang akomodatif akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan dari faktor eksternal," jelasnya.
Optimisme Pasar Modal di Tengah Tantangan Global
Rully juga menyampaikan bahwa meskipun terdapat tantangan dari kondisi makroekonomi global, dia tetap optimistis bahwa pasar modal Indonesia akan mampu menjaga stabilitasnya. Ia menekankan bahwa pasar modal dalam negeri masih memiliki ruang untuk tumbuh, terutama dengan adanya kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut.
- Riset Kredivo: Paylater Mulai Lebih Diminati oleh Pengguna dengan Usia yang Lebih Tua
- Petani Cengkeh Tolak PP 28/2024 dan RPMK Kemasan Polos Tanpa Merek
- Adu Cerdik Jateng-Sumsel Menuju Juara Umum Para Catur Peparnas 2024
Namun demikian, Rully memperingatkan bahwa kebijakan suku bunga The Fed akan tetap menjadi faktor penting yang memengaruhi dinamika pasar global, termasuk Indonesia.
"Kebijakan suku bunga The Fed dan pertumbuhan ekonomi global akan menjadi faktor kunci bagi prospek pasar modal Indonesia. Dengan inflasi yang terjaga dan nilai tukar Rupiah yang stabil, kami melihat ruang yang lebih besar bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Kami sangat optimis terhadap fundamental ekonomi dan prospek pasar modal Indonesia ke depannya,” jelas Rully.