Daya Beli Melorot, Masyarakat Pesimistis Kondisi Ekonomi RI
Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2020 sebesar 83,4, lebih rendah dibandingkan IKK Agustus 2020 sebesar 86,9.
Nasional
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2020 sebesar 83,4, lebih rendah dibandingkan IKK Agustus 2020 sebesar 86,9.
Artinya, survei konsumen tersebut mengindikasikan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi mengalami penurunan. Padahal, sebelumnya optimistis sempat terlihat, dibuktikan dengan IKK Agustus 2020 yang meskipun masih berada pada zona pesimistis (<100), tetapi mengalami perbaikan dibandingkan Juli 2020 sebesar 86,2.
Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko mengatakan, tertahannya keyakinan konsumen terjadi pada seluruh kategori responden, baik menurut tingkat pengeluaran, maupun kategori kelompok usia.
“Secara spasial, keyakinan konsumen menurun di 13 dari 18 kota yang disurvei, dengan penurunan terdalam di DKI Jakarta, diikuti Denpasar dan Padang,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 6 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Onny menilai, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan ke depan menurun, terutama pada kegiatan usaha, ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan ke depan.
Persepsi konsumen, lanjutnya, masih berada di zona pesimistis seiring diberlakukannya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal ini terlihat dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) September sebesar 54,1, lebih rendah dari 55,6 pada Agustus 2020.
Adapun penurunan IKE terjadi pada komponen indeks pembelian barang tahan lama yang menurun 2,3 poin menjadi 69,5, serta indeks penghasilan yang menurun 2,2 poin menjadi 57,6.
Sementara itu, keyakinan konsumen terhadap penghasilan juga melemah, disebabkan oleh penurunan gaji maupun penurunan omzet usaha.
“Terjadi di seluruh kategori pengeluaran, utamanya pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp1-2 juta per bulan,” kata Onny. (SKO)