DBD Merebak, Bandung Butuh 5,4 Juta Nyamuk Wolbachia Per Minggu
- Kebutuhan sebanyak ini dipicu oleh fakta bahwa Kota Bandung memiliki kasus DBD tertinggi di wilayah Jawa Barat, dengan mencatat 1.301 kasus dan 7 kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
Sains
BANDUNG - Uji coba penggunaan nyamuk Wolbachia telah dilakukan di Kota Bandung, Hasilnya nyamuk jenis ini cukup menjanjikan untuk menangani penyakit demam berdarah (DBD).
Diperkirakan Bandung butuh setidaknya sebesar 5,4 juta telur nyamuk per pekan, pasokan tersebut akan dikirim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.
Kebutuhan sebanyak ini dipicu oleh fakta bahwa Kota Bandung memiliki kasus DBD tertinggi di wilayah Jawa Barat, dengan mencatat 1.301 kasus dan 7 kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
"Tahun 2024 di pekan ke-10, kasus dengue terlaporkan sebanyak 27.852 kasus dan kematian sebanyak 250 kematian. Kota Bandung merupakan kota dengan kasus dengue tertinggi di Indonesia mencapai 1.301 kasus dan kematian yang cukup tinggi, tujuh kematian," terang Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu, Kamis, 28 Maret 2024.
- DPR Setujui RUU DKJ jadi UU, Jakarta Resmi Bukan Ibu Kota Lagi
- Menelisik Bunga Pinjaman Grup Lippo di Perbankan Indonesia
- Pelunasan Utang Obligasi Dolar Bikin Laba Lippo Makin Jumbo
Metode yang akan digunakan guna memberantas DBD yakni melalui penetasan telur nyamuk dalam ember berisi air bersih, yang kemudian ditempatkan di 20.782 titik tersebar dengan jarak 75 meter per segi. Penyebaran dilakukan sebanyak 12 kali dengan minimal 10% dari populasi nyamuk Aedes aegypti.
Tujuan utama dari uji coba ini adalah untuk menurunkan angka DBD di Kota Bandung dan mengurangi risiko perawatan di rumah sakit.
Hasil dari penelitian ini sebelumnya menunjukkan efektivitas yang mengagumkan, dengan penurunan angka DBD sebesar 77% dan risiko perawatan di rumah sakit menurun sebesar 86%.
Penelitian ini pada mulanya dilakukan oleh UGM, Yayasan Tahija, dan Universitas Monesh sebagai kolaborasi multi-lembaga.
Keberhasilannya telah memicu perhatian dari Kementerian Kesehatan, yang menerbitkan Kepmenkes No. 1341/2022 tentang Pilot Project Wolbachia di lima kota besar lainnya, yaitu Semarang, Bontang, Jakarta Barat, Kupang, serta Bandung.
Dengan hasil yang positif ini, penggunaan nyamuk Wolbachia menunjukkan potensi besar dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular, seperti DBD, di Indonesia.
Hal ini bukan hanya merupakan terobosan signifikan dalam bidang kesehatan masyarakat, tetapi juga menawarkan solusi yang efektif dalam memerangi penyakit-penyakit yang sering kali menimbulkan beban kesehatan yang besar bagi masyarakat.
Nyamuk Wolbachia
Nyamuk Wolbachia bukanlah spesies nyamuk yang berbeda, melainkan nyamuk Aedes aegypti biasa yang telah terinfeksi oleh bakteri Wolbachia.
Bakteri ini secara alami ditemukan pada banyak serangga, tetapi tidak pada nyamuk Aedes aegypti yang merupakan pembawa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Yang membuat nyamuk Wolbachia istimewa adalah kemampuan bakteri Wolbachia untuk menghalangi replikasi virus Dengue di dalam tubuh nyamuk.
- Tayang di Netflix 5 April, Simak Sinopsis Drakor Parasyte: The Grey
- Wah! Biaya Pengamanan Warren Buffett 'Cuma' Rp4,91 M per Tahun
- 14 Rekomendasi Destinasi Wisata untuk Libur Lebaran
Sebagai hasilnya, nyamuk yang terinfeksi Wolbachia tidak bisa secara efektif menularkan penyakit Demam Berdarah kepada manusia meskipun mereka tetap menggigit.
Program nyamuk Wolbachia ini dikembangkan sebagai metode pengendalian penyakit Demam Berdarah yang aman dan inovatif.
Dengan memanfaatkan sifat alami bakteri Wolbachia, program ini bertujuan untuk mengurangi populasi nyamuk yang bisa menyebarkan virus Dengue, tanpa perlu menggunakan pestisida atau cara-cara lain yang mungkin berisiko bagi lingkungan dan kesehatan manusia.