1000300397.jpg
Energi

Dekarbonisasi Buka Peluang Bisnis Baru Pertamina

  • Adapun proses transisi energi sendiri dilakukan salah satunya lewat dekarbonisasi. Banyak anggapan yang muncul terkait dekarbonisasi hanyalah proses yang menambah pengeluaran perusahaan. Setidaknya ada enam peluang bisnis baru yang bermunculan pada proses dekarbonisasi.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Upaya pemerintah Indonesia untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 dengan melakukan dekarbonisasi dapat membuka peluang bisnis baru.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih membutuhkan komitmen investasi untuk dapat memenuhi target bauran energi dari energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23%.

Adapun proses transisi energi sendiri dilakukan salah satunya lewat dekarbonisasi. Banyak anggapan yang muncul terkait dekarbonisasi hanyalah proses yang menambah pengeluaran perusahaan. Setidaknya ada enam peluang bisnis baru yang bermunculan pada proses dekarbonisasi.

Senior Vice President (SVP) of Business Development PT Pertamina (Persero), Wisnu Medan Santoso, mengatakan, salah satu bisnis yang akan berkembang dalam masa dekarbonisasi adalah pemanfaatan bahan bakar yang bersumber dari nabati atau tumbuhan. Menurutnya, potensi bisnis biofuel akan sangat besar perananya bagi industri energi di Indonesia.

"Bisnis lainya adalah potensi bisnis pembangkitan listrik terbarukan. Salah satunya adalah pemanfataan potensi panas bumi, angin, dan surya di Indoensia,"kata Wisnu dalam acara Media Briefing bertema Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah pada Senin, 10 September 2024.

Peluang kedua, ialah pembangkit listrik yang berbasis pada energi terbarukan. Apalagi untuk panas bumi, Indonesia merupakan negara dengan potensi ataupun cadangan geothermal paling besar di dunia.

Kemudian, muncul juga peluang bisnis yang relatif baru tetapi memiliki potensi besar ke depannya, yakni terkait penangkapan dan injeksi karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS).

Paris Agreement

Pentingnya bisnis CCS tak lepas dari komitmen pemerintahan seluruh dunia dalam Paris Agreement yang ingin menjaga supaya kenaikan temperatur bumi tidak lebih dari 1,5 derajat celcius guna meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan.

Di sisi lain, dunia dalam 30 tahun terakhir telah menghabiskan 91% allowance terhadap karbon dioksida (CO2) yang dilepaska ke udara. Artinya jika merujuk pada baseline era 1990-an, carbon allowance yang bisa diadmit hanya sekitar 9%. Dengan demikian, CCS memegang peranan penting dengan menangkap karbon dari udara, lalu menyimpannya di dalam reservoar.

Peluang lainnya, ialah bisnis yang sudah akrab didengar oleh masyarakat, yakni terkait kendaraan listrik beserta baterainya. Bisnis tersebut, kata Wisnu, sudah mulai diagresifkan oleh perusahaan pelat merah lainnya, yakni PT PLN.

Kelima, adalah peluang bisnis mengenai clean energy atau clean fuel seperti hidrogen, amonia, hingga syntetic fuel (bahan bakar sintetis) mengacu pada bahan bakar cair yang diproduksi dalam skala komersial dari sumber karbon dengan kandungan energi rendah, seperti batu bara, gas alam, atau biomassa, yang ditingkatkan dengan mengorbankan energi tambahan, yang juga diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil. Ia meyakini bisnis clean fuel tersebut bakal menjadi tren di kemudian hari.

Pemanfaatan bahan bakar bersih sendiri sudah diterapkan oleh beberapa negara, seperti Jepang dan Korea pada pembangkit listrik mereka yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil.

Kemudian, perdagangan karbon menjadi peluang terakhir yang muncul di tengah proses dekarbonisasi. Menurutnya, kredit karbon punya potensi besar ke depannya mengingat tidak semua negara bisa melakukan dekarbonisasi.