Deklarasi GREEN, Upaya Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Terapkan ESG
- PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mendeklarasikan GREEN sebagai upaya untuk menerapkan environment, social, and governance (ESG) di lingkup perusahaan.
Nasional
JAKARTA - PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mendeklarasikan GREEN sebagai upaya untuk menerapkan environment, social, and governance (ESG) di lingkup perusahaan.
Presiden Direktur TMMIN, Warih Andang Tjahjono menyampaikan, bahwa perusahaan berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan di seluruh wilayah operasi TMMIN, baik di kantor pusat dan juga pabrik.
"Perwujudan komitmen tanggung jawab TMMIN terhadap lingkungan berlandaskan pada kebijakan dasar lingkungan dalam deklarasi GREEN," ungkap Warih Andang dalam laporan berkelanjutan, dikutip Minggu, 25 September 2022.
- Mantap! 19 Ruas Tol Baru Sepanjang 283 Km Beroperasi Akhir 2022, Ini Daftarnya
- Terima Transferan Rp774 Triliun, Pria Ini Rasakan Jadi Miliarder Dunia
- Mengenal Gautam Adani, Crazy Rich Asia yang Kekayaannya Geser Jeff Bezos
Ia menambahkan bahwa GREEN ini menjawab komitmen perusahaan terkait dengan kebermanfaatan manfaat lingkungan yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Warih memaparkan bahwa G dalam GREEN adalah giatkan pertumbuhan perusahaan serta berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat.
Lalu, R adalah Regulasi, yang mencakup undang-undang dan persyaratan lingkungan yang ada harus ditaati serta mencegah adanya komplain.
Kemudian, E yaitu eliminasi dampak lingkungan terhadap sumber daya alam.
"E berikutnya adalah evaluasi dan penetapan target yang menantang sebagai indikator kinerja lingkungan," tambah Warih.
Ia melanjutkan, dan N, nyatakan kepedulian lingkungan karyawan dengan meningkatkan pola pikir selalu melindungi alam.
Selain itu, perusahaan juga terus berkomitmen dan berkontribusi untuk melestarikan alam yang tertuang melalui tujuan jangka panjang yaitu Toyota Environmental Challenge (TEC) 2050.
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, TMMIN terus menggiatkan aktivitas pengurangan hasil limbah, penggunaan air, dan emisi CO2.
Di dalam TEC 2050, perusahaan berfokus pada dua hal, yaitu Achieving Zero CO2 Emissions: Challenge of Achieving Zero dan Benefiting the Earth: Net Positive Impact Challenge.
Pada prinsip penerapan TEC, perusahaan menemukan tantangan yaitu sebagai berikut:
- Mengembangkan kendaraan ramah lingkungan tanpa emisi CO2
- Rantai pasokan ramah lingkungan
- Membangun pabrik tanpa emisi CO2,
- Meminimalisir penggunaan air
- Menerapkan sistem dan komunitas yang berbasis pada konsep daur ulang
- Membangun keharmonisan hubungan antara komunitas dengan alam.
Sementara itu untuk mengimplementasikannya, TMMIN juga sudah menjabarkan beberapa solusinya seperti:
- Terkait kendaraan tanpa emisi CO2, perusahaan melakukan riset dan studi komprehensif terhadap mobil listrik.
- Dalam rantai pasokan, TMMIN menjalankan rantai pasokan ramah lingkungan (proses dan material).
- Kemudian dalam membangun pabrik tanpa emisi CO2, perusahaan mencoba untuk mengurangi penggunaan energi, menerapkan 4R+ energi terbarukan dan mengembangkan teknologi inovatif dengan tingkat CO2 yang rendah.
- Perihal penggunaan air, perusahaan membangun fasilitas danau penampungan air hujan dan menerapkan aktivitas 3R yaitu reduce-reuse-recycle.
- Dalam menerapkan sistem dan komunitas yang berbasis pada konsep daur ulang, TMMIN mengajak untuk membangun kesadaran mengurangi limbah, menerapkan aktivitas 3R, serta mengaplikasikan sistem dan teknologi daur ulang.
- Kemudian, tantangan dalam membangun keharmonisan hubungan antara komunitas dengan alam, perusahaan berusaha untuk memberikan pelatihan mengenai pembangunan lingkungan yang berkelanjutan, memberdayakan pengembangan komunitas dan melakukan penanaman pohon yang bertujuan untuk membangun hutan.
Dalam menekan pengurangan limbah dan air, TMMIN memiliki Satuan Tugas Pengelolaan Bahan Kimia yang bertugas mengelola dan mengawasi penerapan ketentuan penggunaan bahan kimia yang telah dirumuskan dalam Toyota Green Purchasing Guidelines.
"Salah satu bentuk pengolahan limbah yang dilakukan adalah mengurangi limbah kemasan pada level mikro dengan mengganti bahan kemasan dengan material yang lebih ramah lingkungan," kata Warih.
- Konversi LPG ke Kompor Listrik, Menteri ESDM: Hindari Oversupply
- Hati-Hati! Inilah 10 Kota Terburuk di Dunia untuk Dihuni pada Tahun 2022
- Banyak Yang Tidak Tahu, Ini Beda BUMN, BLU, dan Lembaga Sui Generis
Warih menambahkan salah satu jenis limbah yang menjadi perhatian utama adalah senyawa organik yang mudah menguap atau volatile organic compound (VOC) yang berpotensi berdampak buruk bagi kesehatan.
Maka dari itu, dalam rangka mengurangi VOC perusahaan melakukan berbagai pendekatan seperti menghentikan penggunaan substance of concern (SOC) dan menghilangkannya secara bertahap serta mengurangi penggunaan VOC dalam proses pengecatan kendaraan dengan penggunaan thinner kembali, optimalisasi proses pengecatan, serta mengganti cat berbasis air yang ramah lingkungan.
Sementara itu, dalam rangka TMMIN mengurangi pemakaian energi dan efek gas rumah kaca (GRK) beberapa pendekatan sudah dilakukan oleh perusahaan yaitu:
- Penerapan eco plant, yang menggunakan energi baru dan terbarukan di tahapan proses produksi maupun kegiatan sehari-hari seperti penggunaan sel surya di lingkungan pabrik yang dimanfaatkan untuk penerangan jalan, penerangan alami di lingkungan dalam pabrik, hingga mengurangi penggunaan thinner diproses pengecatan mobil.
- Modifikasi sistem dan penerapan konsep penerangan alami di lingkungan dalam pabrik.
- Pemanfaatan energi sisa dari proses sebagai pasokan energi.
Selain itu, perusahaan juga menggunakan peralatan yang telah dirancang dengan menggunakan teknologi terbaru untuk mencapai efisiensi tinggi.
"Kami menggunakan Inorganic Sand Core Binder (pembakaran dengan suhu rendah dan proses pengerjaan yang lebih singkat) dan High Efficiency Burner (pembakaran efisiensi tinggi)," pungkas Warih
Dengan tujuan tersebut, Warih menambahkan agar perusahaan bisa lebih menghemat energi serta meminimalisir pencemaran.
Selanjutnya, adapun upaya untuk mengurangi emisi GRK, TMMIN melakukan inisiatif seperti mendukung penggunaan kendaraan elektrifikasi yang lebih ramah lingkungan, memproduksi mesin ramah lingkungan dan penghijauan.
Hingga tahun 2000-2010 tren emisi CO2 dari proses produksi TMMIN tercatat naik, dari 52.900 menjadi 69.521. Namun ada penurunan di tahun yang sama di dalam emisi CO2 per unit produksi, yaitu dari 0,70 menjadi 0,49.
Sementara dari tahun 2017 tercatat menghasilkan total emisi 112.624. Angka tersebut turun jauh pada tahun 2018 dan 2019 yaitu masing-masing 82.139 dan 75.770.
Kemudian dalam hal emisi CO2 per unit produksi, terjadi penurunan dari tahun 2017 sebesar 0,92 turun menjadi 0,74 pada tahun 2018 dan 2019.
Dalam TEC 2050, perusahaan juga menetapkan enam tantangan yang perlu dicapai. Tiga dari enam tantangan ini berkaitan erat dengan upaya untuk mengurangi emisi gas CO2 dari penggunaan mobil, siklus hidup mobil, dan produksi mobil yang berkaitan erat dengan penggunaan energi baru dan terbarukan.
TMMIN juga memperkenalkan produk-produk berbasis bahan bakar energi baru terbarukan (EBT) secara global sebagai wujud nyata dalam pelestarian lingkungan yang selaras dengan upaya pengurangan emisi pada kendaraan konvensional.
"Komitmen dalam pengembangan EBT akan terus berlanjut sebagai wujud nyata menerapkan prinsip sustainable development, menjaga agar masa depan dunia bisa terus terpelihara dengan baik. TMMIN akan selalu mendukung pemerintah dalam inisiatif pengembangan EBT demi Indonesia yang lebih ramah lingkungan," ucap Warih.