Demi Mata Uang Kripto, Seorang Anak di Amerika Serikat Racuni Ayahnya
- Seorang pria berusia 24 tahun asal Amerika Serikat meracuni ayahnya demi akses mata uang kripto.
Dunia
MARYLAND – Seorang pria berusia 24 tahun asal Bethesda, Maryland, Amerika Serikat mengambil tindakan ekstrem demi mendapatkan akses mata uang kripto dengan meracuni ayahnya.
Tujuan pria bernama Liam Ghershony, yang sedang kecanduan obat-obatan terlarang itu adalah untuk mengakses dana bersama senilai US$400.000 atau setara dengan Rp5,8 miliar (asumsi kurs Rp14.392 per dolar AS) melalui ponsel sang ayah, seperti dikutip TrenAsia.com dari The Washington Post pada 7 Februari 2022.
Sang ayah mengatakan bahwa ia menjadikan anaknya mitra dalam akun investasi sebesar US$100.000. Liam dan ayahnya mampu menghasilkan US$350.000 setelah pajak melalui investasi kripto pada 2018. Namun, masalah narkoba yang dialami Liam mulai parah setelahnya.
- Prospek Cerah Panca Budi Idaman (PBID) dari Hasil Jualan Plastik
- Sumber Mas Konstruksi (SMKM) Bidik Dana IPO Rp87,5 Miliar untuk Biayai Proyek Konstruksi
- BPS Optimis Daya Beli Masyarakat Membaik di 2022
Di tengah konsumsi berbagai macam narkoba, keduanya semakin paranoid dengan kepemilikan kripto bersamanya. Sang ayah mengatakan bahwa Liam berulang kali memaksanya untuk menjual.
“Tidak, kau yang harusnya berhenti menggunakan narkoba,” ujar sang ayah pada The Washington Post saat mengingat percakapannya dengan Liam.
Akhirnya, sang ayah memanfaatkan penguncian dua langkah pada akun investasi mereka. Liam pun mulai mempersiapkan rencana peretasan terhadap ponsel sang ayah setelah itu.
“Tidak perlu berakhir seperti ini! Saya akan memberikan pensiun terbaik untukmu,” tulis Liam dalam sebuah pesan pada sang ayah.
Liam diketahui mencampur bubuk benzodiazepine, obat depresan yang mengandung Xanax dan penenang. Ia sengaja memberi dosis besar ke dalam cangkir teh agar sang ayah pingsan.
Ia meninggalkan sang ayah pingsan dan sendirian di apartemennya dengan anggapan sang ayah akan terbangun. Ia belum sadar dampak dosis sebanyak itu pada seseorang yang bukan pecandu.
“Tentu saja saya memiliki tingkat toleransi lebih tinggi,” katanya.
Tim kepolisian datang dua hari setelahnya dan menemukan sang ayah terbaring di lantai kamar tidurnya, bernapas tetapi tidak responsif. Sang ayah langsung dilarikan ke rumah sakit dan menghabiskan empat hari untuk pemulihan dari dehidrasi parah dan disfungsi organ akut.
Liam yang tidak punya catatan kriminal mengaku bersalah atas tuduhan penyerangan tingkat pertama. Ia menghabiskan beberapa hari di penjara dan dua bulan berikutnya dalam rehabilitasi narkoba dan kesehatan mental.
Kasus ini menunjukkan kenyataan pahit yang dihasilkan dari gabungan obsesi terhadap mata uang kripto dan kecanduan obat-obatan. Bahkan, sejumlah klinik rehabilitasi telah mulai menawarkan cara untuk menghindari kecanduan terhadap kripto, seperti dikutip dari Futurism.